Seperti halnya dengan tulisan-tulisan lainnya, sebelum
pengarang mengemukakan argument, ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang
diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu
sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiRI suatu latihan
yang intensif dan akurat bagaimana seseorang dapat memperoleh
informasi-informasi yang tepat untuk siap objek atau persoalan. Entah informasi
itu diperoleh melalui observasi, entah melalui riset-riset bibliografis, ada
satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap penulis, yaitu ia harus menyusun
semua fakta, pendapat autoritas atau evidensi itu secara kritis dan logis; ia
harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta dan autoritas, mana yang dapat
dipergunakannya dan mana yang harus disingkirkannya.
Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, penulis juga
harus siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau
suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila penulis tidak mempunyai rencana
penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang diungkapkan itu tidak terarah,
serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta atau autoritas itu.
Metode-metode yang dapat dipergunakan akan diuraikan
dalam bagian berikut. Metode manapun yang akan dipakai dalam argumentasi tidak
akan melanggar prinsip umum sebuah komposisi, yaitu bahwa argumentasi itu harus
terdiri dari : pendahuluan, pembuktian ( tubuh argmentasi) dan kesimpulan atau
ringkasan.
A.
Pendahuluan
Penulis argumentasi harus yakin bahwa maksud suatu
bagian pendahuluan adalah tidak lain daripada menarik perhatian pembaca,
memusatkan perhatian pembaca kepada argument-argumen yang akan disampaikan,
serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam
kesempatan tersebut.
Karena sebuah argumentasi harus memancarkan kebenaran
atau sebuah tenaga yang kuat untuk mempengaruhi sikap pembaca, maka tidak boleh
ada hal-hal yang kontroversial dimasukkan ke dalam pendahuluan. Secara ideal
pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca
yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta
pendahuluan yang perlu untuk memahami argumentasinya. Fakta-fakta pendahuluan
harus benar-benar diseleksi supaya mengarang tidak melakukan hal-hal yang
justru bersifat argumentative yang baru akan dikemukakan dalam tubuh
argumentasi.
Suatu kesalahan yang sering dilakukan oleh
penulis-penulis baru adalah menganggap pembaca telah mengetahui sebagian besar
dari persoalan yang akan dibicarakan. Sikap ini kurang menguntungkan dan hanya
akan menggagalkan argumentasinya. Walaupun pembaca telah mengetahui persoalan
tersebut, ada baiknya penulis menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang latar
belakang dan seluk-beluknya sebelum memasuki argumentasi itu sendiri. Semua
orang yang hidup sekitar tahun 1965-1966 mengalami sendiri peristiwa
pengkhianatan G30SPKI itu, tetapi siapa yang berani mengatakan bahwa hal-hal
itu tidak menarik kalua persoalan itu diungkapkan sekali lagi ?
Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang
diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut :
1.
Penulis
harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap
waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan
peristiwa-peristiwa lainnyya yang mendapat perhatian saat ini, maka
fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik. Dengan penegasan
yang dilakukan oleh penulis mengenai soal di atas, ia sebenarnya sudah
mennjukkan betapa pentingnya soal tersebut, tentang ketepatan waktunya dan
bagaiman kedudukannya di antara masalah-masalah lainnya. Misalnya evidensi yang
hendak dikemukakan untuk mempersoalkan hubungan antara manjemen dan buruh akan
lebih ditonjolkan bila hal tersebut dihubungkan dengan pemogokan-pemogokan atau
pertikaian perburuhan tertentu, yang berlangsung pada saat yang sama.
2.
Penulis
harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung
dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca
dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut.
3.
Dalam
bagian pendahuluan penulis atgumentasi kadang-kadang mengakui adanya
persoalan-persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi. Sebaliknya, ia
mungkin akan menegaskan suatu system yang dianggap akan menolongnya untuk
sampai kepada konklusi yang benar.
B.
Tubuh
Argumen
Seluruh proses penyusunan argument terletak pada kemahiran dan keahlian
penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya
itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang disimpulkannya juga benar.
Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang
benar bagi pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang
diturunkan juga benar.
C.
Kesimpulan
dan Ringkasan
Dengan
tidak mempersoalkan topik yang mana yang dikemukakan dalam argumentasi,
pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara
tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai,
dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai suatu yang logis.
0 Komentar