Argumentasi menurut Gorys Keraf

                                                  

Seperti halnya dengan tulisan-tulisan lainnya, sebelum pengarang mengemukakan argument, ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiRI suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seseorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk siap objek atau persoalan. Entah informasi itu diperoleh melalui observasi, entah melalui riset-riset bibliografis, ada satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap penulis, yaitu ia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas atau evidensi itu secara kritis dan logis; ia harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta dan autoritas, mana yang dapat dipergunakannya dan mana yang harus disingkirkannya.
Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, penulis juga harus siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila penulis tidak mempunyai rencana penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang diungkapkan itu tidak terarah, serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta atau autoritas itu.
Metode-metode yang dapat dipergunakan akan diuraikan dalam bagian berikut. Metode manapun yang akan dipakai dalam argumentasi tidak akan melanggar prinsip umum sebuah komposisi, yaitu bahwa argumentasi itu harus terdiri dari : pendahuluan, pembuktian ( tubuh argmentasi) dan kesimpulan atau ringkasan.
A.    Pendahuluan
Penulis argumentasi harus yakin bahwa maksud suatu bagian pendahuluan adalah tidak lain daripada menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argument-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut.
Karena sebuah argumentasi harus memancarkan kebenaran atau sebuah tenaga yang kuat untuk mempengaruhi sikap pembaca, maka tidak boleh ada hal-hal yang kontroversial dimasukkan ke dalam pendahuluan. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang perlu untuk memahami argumentasinya. Fakta-fakta pendahuluan harus benar-benar diseleksi supaya mengarang tidak melakukan hal-hal yang justru bersifat argumentative yang baru akan dikemukakan dalam tubuh argumentasi.
Suatu kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis-penulis baru adalah menganggap pembaca telah mengetahui sebagian besar dari persoalan yang akan dibicarakan. Sikap ini kurang menguntungkan dan hanya akan menggagalkan argumentasinya. Walaupun pembaca telah mengetahui persoalan tersebut, ada baiknya penulis menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang latar belakang dan seluk-beluknya sebelum memasuki argumentasi itu sendiri. Semua orang yang hidup sekitar tahun 1965-1966 mengalami sendiri peristiwa pengkhianatan G30SPKI itu, tetapi siapa yang berani mengatakan bahwa hal-hal itu tidak menarik kalua persoalan itu diungkapkan sekali lagi ?
Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnyya yang mendapat perhatian saat ini, maka fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik. Dengan penegasan yang dilakukan oleh penulis mengenai soal di atas, ia sebenarnya sudah mennjukkan betapa pentingnya soal tersebut, tentang ketepatan waktunya dan bagaiman kedudukannya di antara masalah-masalah lainnya. Misalnya evidensi yang hendak dikemukakan untuk mempersoalkan hubungan antara manjemen dan buruh akan lebih ditonjolkan bila hal tersebut dihubungkan dengan pemogokan-pemogokan atau pertikaian perburuhan tertentu, yang berlangsung pada saat yang sama.
2.      Penulis harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut.
3.      Dalam bagian pendahuluan penulis atgumentasi kadang-kadang mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi. Sebaliknya, ia mungkin akan menegaskan suatu system yang dianggap akan menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar.
B.     Tubuh Argumen
Seluruh proses penyusunan argument terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang disimpulkannya juga benar.
Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar.
C.     Kesimpulan dan Ringkasan

Dengan tidak mempersoalkan topik yang mana yang dikemukakan dalam argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai suatu yang logis. 

Posting Komentar

0 Komentar