Disini, saya akan mengutip rekaman sejarah yang ditulis oleh seoran fakih dan dai Islam yang besar Dr.Musthafa As-Siba’i dalam bukunya yang berjudul “ min Riwa’i hadhratina “ setelah menulis tentang beberapa rumah sakit bergerak, dia menulis adapun rumah sakit yang tetap, jumlahnya sangat banyak, memenuhi Odessa dan ibu kota. Ketika itu, tidak ada satu tempat pun di dunia Islam yang tidak ada rumah sakit. Di Cordoba saja pada waktu itu ada lima puluh rumah sakit.
Jenis rumah sakit bermacam-macam. Ada rumah sakit tentara yang di tangani oleh para dokter Spesialis. Itu belum termasuk dokter-dokter khalifah, para panglima, dan gubernur.
Ada juga rumah sakit untuk para tahanan. Setiap hari para dokter berkeliling untuk mengobati mereka dengan obat yang layak.
Pada tahun 319 H, pada zaman Khalifah Al-Muqtadir, beberapa dokter pernah salah dalam mengobati seorang pasien, kemudian meninggal. Lalu, khalifah pun memerintahkan untuk memberikan ujian lagi bagi seluruh dokter yang ada di Baghdad. Sinan Bin Tsabit adalah seorang dokter besar dari Baghdad pun mengikuti ujian tersebut. Di Baghdad saja, seluruh dokter yang mengikuti ujian tersebut berjumlah delapan ratus enam puluh lebih. Ini belum termasuk dokter- dokter yang terkenal, dokter khalifah, menteri dan gubernur. Masuk ke rumah sakit pun di gratiskan untuk semua orang. Tidak di bedakan antara orang kaya- miskin, jauh dekat, dan berilmu tidak berilmu. Pertama- tama pasien diperiksa di ruangan luar. Jika ada pasien yang mengalami penyakit ringan , dia di beri resep dan dapat mengambil obatnya di apotek rumah sakit. Dan, jika ada pasien yang terkena penyakit berat, namanya ditulis serta langsung masuk ke kamar mandi. Disana, bajunya di lepas dan disimpan di tempat khusus, lalu ia ditempatkan ke ruang pasien dan di beri ranjang dengan kualitas terbaik. Setelah itu, oleh dokter dia diberi obat dan makanan yang sesuai dengan penyakitnya.
Pada saat itu, makanan pasien terdiri dari daging kambing, sapi, burung dan ayam. Pasien yang telah sembuh di beri roti dan ayam dalam satu kali makan. Lalu, dia dipindahkan ke dalam ruangan khusus yang disediakan bagi pasien- pasien yang telah sembuh. Dan jika benar- benar telah sembuh, dia diberi baju baru dan sejumlah uang yang bisa mencukupinya untuk kerja. Ketika itu, kamar- kamar rumah sakit bersih. Di dalamnya ada aliran air, dan peralatannya pun terdiri dari kualitas terbaik. Dalam setiap rumah sakit ada beberapa petugas kebersihan dan pemeriksa keuangan. Para khalifah dan pejabat tinggi negara sering menengok para pasien untuk melihat keadaan mereka .
Demikianlah sistem yang ada di rumah sakit dunia Islam ketika itu. Baik di barat ataupun di Timur. Di rumah sakit Baghdad, Damaskus. Kairo, Al-Quds, Makkah, Madinah, Marokko, dan Andalusia.
Ada Empat rumah sakit di empat u kota Dunia Islam ketika itu, yaitu :
1. Rumah sakit Al-Adhudi di Baghdad, didirikan oleh Adhududdaulah bin BUwaih pada tahun 371 H. Tepatnya setelah Ar-Razi, seorang dokter terkenal memilih tempatnya dengan cara menyimpan empat kerat daging di seluruh Baghdad pada malam hari. Pada saat pagi tiba, dia mendapatkan salah satu kerat daging terbaik yang kelak menjadi tempat pendirian rumah skait tersebut.
2. Rumah sakit Besar An-Nuri di Damaskus, didirikan oleh seorang raja yang adil, Sultan Nuruddin Mahmud Zanki Asy-syahid pada tahun 549 H / 1154 M. Biaya pembangunan rumah sakit tersebut berasal dari fidyah salah seorang raja Eropa.
3. Rumah sakit Besar Al-manshari yang lebih dikenal dengan Rumah sakit Qullawun. Asalnya rumah sakit tersebut adalah rumah para Gubernur. Kemudian, pada tahun 1284 M, di ubah raja Al- Manshur saifuddin Qalawun menjadi sebuah rumah sakit. Lalu, untuk pembangunannya ia mewakafkan setiap tahun uang sejumlah seribu dirham. Disamping rumah sakit tersebut di bagun mesjid, sekolah, dan perpustakaan untuk anak yatim.
0 Komentar