Makalah Sejarah Periode Pertengahan : Penderitaaan Umat Muslim Mekkah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Arab merupakan wilayah terkaya di dunia dan banyak negara besar bersemangat untuk melindungi kepentingan mereka akan minyak di sana. Sering di katakan bahwa Islam adalah agama padang pasir, tetapi ini tidak benar. Etika suku lama memang mempengaruhi pesan al-Qur’an namun agama baru ini di terima suku Arab Mekkah di suatu Atmosfir kapitalisme dan materialisme tinggi. Pada awal abad ke-7, ketika suku Quraisy dan suku-suku Arab lainnya meninggalkan kehidupan nomaden dan mulai menyadari adanya problematik sosial dari kehidupan mapan, Nabi Islam membawa sebuah pesan agama pada bangsa Arab.
Orang telah lama mencari adanya agama monotheis dan beberapa malah telah siap mendengarkan pesan Muhammad bahwa hanya ada satu Tuhan. Pada saat dia mulai menyiarkan agama di Mekkah, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Ka’bah di dedikasikan untuk Allah,       Tuhan tertinggi bangsa Arab penyembah berhala, meskipun ada patung Hubal yang mengepalai di sana. Di awal abad ke-7, Allah menjadi lebih penting dari pada sebelumnya dalam kehidupan agama banyak suku Arab. Namun dengan ajaran yang di bawakan oleh Nabi Ibarahim yaitu ketauhidan dengan sebab akibat kekosongan Nabi atau Fatrah mereka menyeleweng dari ketauhidan hingga menyeleweng ke menyembah berhala-berhala dan bersikap jahiliyah ketika datangnya Islam yaitu agama baru membuat suku Quraisy yang berwatak keras tidak menerima agama yang di bawakan Muhammad dengan membuat siasat-siasat kejam terhadap Muhammad dan pemeluk Islam lainnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Kenapa suku Quraisy sangat benci terhadap agama yang di bawakan oleh Muhammad?
2.      Apa saja derita yang di alami kaum muslimin pada saat itu?
3.      Bagaimana kaum Muslimin menghadapi kejahatan suku Quraisy?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui kenapa suku Quraisy sangat benci terhadap Islam
2.      Untuk mengetahui apa saja derita yang di alami kaum Muslimin saat itu
3.      Untuk mengetahui bagaimana kaum Muslimin menghadapi kejahatan itu


















BAB II
PEMBAHASAN
MEKKAH
1.      LETAK GEOGRAFIS
Arabia adalah semenanjung yang besar di barat daya Asia. Luasnya 3.000.000 km2, hampir dua kali luas Iran, enam kali prancis, sepuluh kali Italia, dan delapan kali Swiss.
Semenanjung ini berbentuk segi empat tak beraturan, dan berbatasan dengan Palestina dan Gurun Suriah di Utara, dengan Hira, Tigris, Eufrat, dan Teluk Persia di Timur, dengan Samudera Hindia di Selatan, dan dengan Laut Merah di Barat. Jadi ia di kelilingi di Barat dan Selatan oleh laut, dan di Utara dan Timur oleh Gurun dan Teluk Persia.[1]
Mekkah merupakan salah satu kota yang paling termasyhur di dunia dan paling padat penduduknya di Hijaz. Letaknya sekitar 300m diatas permukaan laut. Karena letaknya diantara dua pegunungan maka kota ini tak dapat dilihat dari jauh.[2] Meskipun Yaman mempunyai peradaban yang paling tinggi diantara seluruh jazirah Arab, yang disebabkan oleh kesuburan negerinya serta pengaturan pengairannya yang baik, namun ia tidak menjadi pusat perhatian negeri-negeri sahara yang terbentang luas itu, juga tidak menjadi pusat keagamaan mereka. Tetapi yang menjadi pusat adalah Makkah dengan Ka’bah sebagai rumah Ismail. Ketempat itu orang berkunjung dan ketempat itu pula orang melepaskan pandang. Bulan-bulan suci sangat dipelihara melebihi tempat lain.
Oleh karena itu, dan sebagai markas perdagangan Jazirah Arab yang istimewa, Mekkah dianggap sebagai ibu kota seluruh Jazirah Arab. Kemudian takdir pun menghendaki pula ia menjadi tanah kelahiran Nabi Muhammad, dan dengan demikian ia menjadi sasaran pandangan dunia sepanjang zaman. Ka’bah tetap disucikan dan suku Quraisy masih menempati kedudukan yang tinggi, sekalipun mereka semua tetap sebagai orang-orang badui yang kasar sejak berabad-abad lamanya.[3]
2.      SEJARAH MEKKAH

Sejarah Mekkah bermula dari Nabi Ibrahim. Ia mengirim Ismail bersama ibunya, Hajar, ke wilayah Mekkah untuk bermukim disana. Ismail putra Ibrahim kawin dengan wnita suatu suku yang tinggal didekat area itu. Nabi Ibrahim membangun Ka’bah atas perintah Allah, dan mulailah tercipta pemukiman di mekkah. Tanah dibagian pinggir Mekkah agak asin dan tak seluruhnya dapat dipertanikan. Menurut beberapa Orientalis, kondisi geografisnya termiskin didunia.[4]
Sebelum Islam datang, sebenarnya, masyarakat Arab telah mengenal tentang tauhid, namun seiring berjalannya waktu di karenakan atau akibat fatrah ( kekosongan nabi ) mereka kembali menyembah berhala. Lingkungan masyarakat Arab dalam alam demikian ini serta keadaan moral, politik dan sosial yang ada pada mereka, mempunyai pengaruh yang sama terhadap cara beragamanya. Dalam kehidupan kaum pengembara manusia berhubungan dengan alam, ia merasakan adanya wujud yang tak terbatas dalam segala bentuknya. Ia merasa perlu mengatur suatu cara hidup antara dirinya dengan alam dengan keterbatasannya itu. Sedang bagi orang kota keterbatasan itu sudah tertutup oleh kesibukannya hari-hari, oleh adaanya perlindungan masyarakat terhadap dirinya sebagai imbalan atas kebebasannya yang diberikan sebagian kepada masyarakat, serta kesediaannya tunduk kepada undang-undang penguasa supaya memperoleh jaminan dan hak perlindungan. Hal ini menyebabkannya tidak merasa perlu berhubungan dengan yang di luar penguasa itu, dengan kekuatan alam yang begitu dahsyat terhadap kehidupan manusia. Hubungan jiwa dengan unsur-unsur alam yang di sekitarnya jadi berkurang. Cara-cara penyembahan berhala orang-orang Arab dahulu itu banyak sekali macamnya. Kedudukan Mekkah sesudah peristiwa Gajah, peristiwa yang luar biasa ini lebih memperkuat kedudukan Mekkah dalam arti Agama, di samping itu telah memperkuat kedudukannya dalam arti perdagangan. Juga menaibkan penduduknya lebih banyak memperhatikan dan memelihara kedudukan yang tinggi dan istimewa itu serta mempertahankannya dari segala usaha yang akan mengurangi arti atau akan menyerang kota ini. Orang-orang mekkah lebih bersemangat lagi mempertahankan kota mereka, mengingat kehidupan yang mereka peroleh karenanya, hidup makmur dan mewah sejauh yang dapat kita bayangkan kemewahan hidup mereka di  daerah padang pasir ini, gersang dan tandus.
Kegemaran penduduk daerah ini yang luar biasa ialah minum minuman keras. Dalam keadaan mabuk itu mereka menemukan suatu kenikmatan yang tidak ada taranya, suatu kenikmatan yang akan memudahkan mereka melampiaskan hawa nafsu, akan menjadikan dayang-dayang dan budak-budak beliau yang di perjual belikan sebagai barang dagangan itu lebih memikat hati mereka. Yang demikian ini mendorong semangat mereka mempertahankan kebebasan pribadi dan kebebasan kota mereka serta kesadaran mempertahankan kemerdekaan dan menangkis segala serangan yang mungkin datang dari musuh. Yang paling enak bagi mereka bersenang-senang waktu malam sambil minum-minum hanyalah di pusat kota sekeliling bangunan Ka’bah. Di samping itu tiga ratus buah berhala atau lebih, masing-masing kabilah dengan berhalanya, pembesar-pembesar Quraisy dan pemuka-pemuka Mekkah duduk-duduk masing-masing menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan pedalaman. [5]
Orang arab dizaman Jahiliyah, terutama keturunan Adnan, berwatak pemurah dan ramah. Jarang mereka melanggar amanat, pelanggaran janji dianggap dosa yang tak dapat di ampuni. Mereka sangat taat kepada kepercayaannya dan sangat fasih berbicara, ingatan mereka tajam dengan mudah mereka menghafal syair-syair. Dalam hal ini syair dan puisi, mereka mengatasi semua orang lain. Keberanian mereka sudah menjadi peribahasa. Dalam hal ini berkuda dan memanah, mereka terampil. Bagi mereka, melarikan diri dari musuh amatlah aib dan memalukan.

3. LAHIR MUHAMMAD
Kelahirannya Muhammad di Mekkah yang disebut tahun gajah pada tahun 570 M. Hingga tiba masa kerasulannya, yaitu pada umurnya 40 tahun, beliau menyampaikan wahyu kepada masyarakat Arab, yang membuat suku Quraisy tidak menerima dengan mudah ajaran yang dibawa oleh Nabi mereka membuat berbagai upaya, supaya Nabi menyerah. Islam belum didakwahkan secara terbuka, namun jumlah orang mukmin dan para ahli kian meningkat, baik lelaki maupun perempuan. Mayoritas mereka adalah pemuda.
Nabi memulai Reformasi dari lingkungan terbatas , orang-orang arif dan pemimpin masyarakat mencatat program yang sangat luas, tapi selalu memulai kerja mereka dari kelompok terbatas. Apabila mereka berhasil, segera mereka meluaskan upaya dan lingkup aktivitas mereka sebanding dengan keberhasilan itu, dan membuat kemajuan bertahap.  Nabi Muhammad pun bertindak  menurut prinsip yang diakui ini dan mendakwahkan agamanya selama tiga tahun penuh tanpa berhenti. Beliau menyajikan agamanya kepada mereka yang dianggapnya pantas dan siap dari segi pemikiran dan kapasitas. Kendati sasarannya mendirikan negara seluas dunia sehingga dapat membawa seluruh manusia di bawah pengaruh satu norma ( tauhid ), namun selama tiga tahun ini beliau sama sekali tidak melakukan dakwah kepada umum. Beliau hanya melakukan kontak khusus dengan orang-orang tertentu yang di anggap patut dan siap memeluk agamanya. Akibatnya, beliau hanya berhasil membimbing beberapa orang.
Selama tiga tahun ini, para pemuka Quraisy dimabukkan dengan kekuasaan atas Ka’bah. Ketika Fir’aun Mekkah ( Abu Sufyan ) dan kelompoknya mmengetahui sifat dakwah dan klaim Nabi, mereka memperlihatkan senyum ejekan sambil berkata dalam hati, “ api dakwahnya pun akan cepat padam seperti dakwah Waraqah dan Umayyah , yang telah menjadi kristen akibat mengkaji Taurat dan Injil dan mengaku menyokong agama Kristen di kalangan Arab dan sebentar lagi ia juga akan bergabung ke dalam kafilah orang-orang yang terlupakan”.
Selama tiga tahun ini, para sesepuh Quraisy tidak mengekang kebebasan Nabi sedikit pun. Mereka selalu menghormatinya. Sebaliknya, beliau juga tidak mengecam berhala dan tuhan mereka secara terbuka. Beliau tetap bergiat memelihara kontak khusus dengan orang-orang berpandangan cerah. Namun, Quraisy bangkit begitu Nabi memulai ajakan khusus kepada kerabatnya, memulai dakwah kepada khalayak, dan mengkritik berhala serta cara dan perangai kaum quraisy yang tidak manusiawi. Mereka sadar bahwa ada perbedaan besar antara dakwah Nabi dengan dakwah Waraqah dan Umayyah. Perlawanan dan serangan diam-diam dan terbuka pun dimulai sejak itu. Sering kali sengketa yang muncul di jazirah Arab disebabkan oleh masalah-masalah yang sebenarnya angat sepele. Kemudian muncul agama baru yang dengan keras menyerang akidah dan keyakinan mereka yang menyebabkan mereka dengan sengit pula menyerang agama baru ini.
Orang-orang Quraisy sama sekali tidak bisa membedakan antara kenabian, kepemimpinan, dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad akan merampas kekuasaan  yang ada di tangan mereka.
Karena Islam menyamakan antara tuan dan budak, maka mereka tidak menerima realitas ini. Sebagaimana orang-orang Mekkah juga mengira bahwa dengan datangnya agama baru ini, sebuah bencana akan menimpa mereka jika penyembahan terhadap berhala di batalkan. Atau jika orang-orang yang akan datang ke Mekkah untuk berhaji tidak diijinkan.
Orang-orang Quraisy melihat dakwah Nabi terjadi sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka bayangkan. Dakwah yang dilakukan kini mulai menyebar diantara banyak level dan kalangan masyarakat. Mereka pun segera melakukan penyerangan yang demikian keras terhadap agama baru ini.[6]
Tak diragukan bahwa perubahan mendalam, yang mempengaruhi seluruh segi kehidupan manusia dan mengubah arah masyarakat, kebanyakan membutuhkan dua kekuatan besar.
1.      Kekuatan kata, sehingga pembicaraannya mampu menyatakan fakta dengan cara yang menarik dan menyampaikan kepada khalayak umum gagasan-gagasan pribadinya atau yang ditanya dari dunia wahyu.
2.      Kekuatan pembelaan, sehingga bila datang bahaya, ia mampu mengatur pertahanan melawan serangan musuh. Tanpa kemampuan ini, dakwahnya akan padam sejak awal. [7]
Pada masa awal Islam, para sahabat Nabi sering kali pergi keluar bersama-sama menuju lembah sempit di luar Mekkah. Di tempat itu mereka dapat melaksanakan shalat berjamaah tanpa terlihat. Namun, pada suatu hari, ketika mereka sedang shalat, segerombolan kaum musyrik datang secara kasar menghalangi mereka. Akhirnya, mereka berkelahi. Sa’d dari Zuhrah memukul salah seorang kafir dengan pelana unta untuk dan melukainya. Ini merupakan pertumpahan darah pertama dalam Islam. Namun, sejak itu mereka memutuskan untuk menahan diri melakukan kekerasan sampai Allah memutuskan lain. Sebab, wahyu senantiasa memerintahkan Nabi untuk bersabar, maka mereka pun bersabar. “ Dan, bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” ( Q.S. 73 : 10 ), dan juga “ Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu walau sebentar” ( Q.S, 86 : 17 ).
            Kasus kekerasan ini merupakan suatu pengecualian bagi kedua belah pihak. Sebab, kaum Quraisy secara umum cenderung menoleransi agama baru itu, bahkan setelah Nabi memproklamirkannya secara terbuka, sampai mereka melihat ia menentang tuhan-tuhan, prinsip, dan amalan mereka telah berakar. Begitu mereka menyadari hal ini, beberapa pemimpin mereka pergi menemui Abu Thalib. Mereka mengusulkan agar ia menghentikan aktivitas keponakannya itu. Dan, Ia menyetujui  mereka mereka. Namun, ketika melihat Abu Thalib tidak melakukan apapun, mereka mendatanginya lagi. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin tuhan-tuhan mereka dicaci maki, menyuruh berhenti Nabi Muhammad dengan ancaman.
Ketika permintaan mereka kepada Abu Thalib tidak membuahkan hasil, kaum Quraisy masih ragu untuk menyerang langsung keponakannya itu. Sebab, sebagai pemimpin kabilah, Abu Thalib memiliki kekuasaan untuk memberi perlindungan, dan setiap pemimpin kabilah di Mekkah, hak-haknya sebagai pemimpin dihormati secara penuh. Karenanya, untuk sementara waktu, mereka menata barisan untuk mengorganisir penyiksaan terhadap para pemeluk Islam yang tidak memiliki pelindung. [8]
Pada saat yang sama, mereka berunding untuk membuat kebijakan bersama terhadap penyebab kesulitan mereka itu. Situasi semakin memburuk : musim haji segera tiba dan orang-orang Arab dari seluruh jazirah Arabia akan datang ke Mekkah. Mereka , kaum Quraisy, memiliki reputasi karena keramahannya, yang bukan saja karena menyediakan makan dan minum, melainkan juga karena menyambut baik setiap orang dan juga tuhan-tuhannya. Namun, pada musim haji tahun ini, mereka akan mendengarkan tuhan-tuhan mereka dihina oleh Muhammad dan para pengikutnya. Mereka akan didesak untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan memeluk agama baru yang tidak menguntungkan itu. Tidak diragukan lagi, sebagian mereka pasti tidak akan datang lagi ke Mekkah, yang bukan saja berpengaruh buruk terhadap aktivitas perdagangan, namun juga akan meruntuhkan kehormatan yang kini disandang oleh penjaga Tanah Suci ini. Yang terburuk, bangsa Arab mungkin akan bersatu untuk mengusir mereka dari Mekkah dan mengangkat suku atau kelompok suku lain untuk menggantikan posisi mereka posisi mereka, sebagaimana yang dahulu dilakukan terhadap Khuza’ah terhadap Jurhum. Nabi Muhammad  diberitakan oleh kaum Quraisy ialah seorang dukun yang berbahaya, orang gila, dan seorang penyair. [9]
Islamnya Umar telah membawa kelemahan kedalam tubuh Quraisy karena ia masuk agama ini dengan semangat yang sama seperti ketika ia menentangnya dahulu. Ia  memasuk tidak sembunyi-sembunyi, malah terang-terangan diumumkan depan orang banyak  dan untuk itu ia bersedia melawan mereka. Ia tidak mau kaum muslimin sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap di celah-celah pegunungan Mekkah, mau melakukan Ibadah jauh dari gangguan Quraisy. Bahkan ia terus melawan Quraisy, sampai nanti dia beserta Muslimin itu dapat melakukan Ibadat dalam Ka’bah. Disini  pihak Quraisy menyadari, bahwa penderitaan yang dialami Muhammad dan sahabat-sahabatnya, tak kan mengubah kehendak orang menerima agama Allah, untuk kemudian berlindung kepada umar dan Hamzah, atau ke Abisinia atau kepada siapa saja yang mampu melindungi mereka.
a.      Rencana Pemboikotan Quraisy
Quraisy membuat rencana lagi, mengatur langkah berikutnya. Setelah sepakat, mereka membuat ketentuan tertulis dengan persetujuan bersama mengadakan pemboikotan total terhadap Banu Hasyim dan Banu Abdul Muthalib, untuk tidak saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual beli apapun. Piagam persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Ka’bah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka’bah. Menurut perkiraan mereka, politik yang negatif, plitik membiarkan orang kelaparan dan melakukan pemboikotan begini akan memberi hasil yang lebih efektif daripada politik kekerasan dan penyiksaan, sekalipun kekerasan dan penyiksaan itu tidak mereka hentikan. Blokade-blokade yang dilakukan Quraisy terhadap kaum muslimin dan terhadap Banu Hasyim dan Banu Abdul Muthalib sudah berjalan selama dua atau tiga tahun, dengan harapan  sementara itu Muhammad pun akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Dengan demikian dia dan ajarannya itu tidak lagi berbahaya. Akan tetapi ternyata Muhammad sendiri malah semakin teguh dalam menyiarkan dakwah, bahkan dakwah nya ke seluruh jazirah arab. Orang-orang Quraisy makin tekun memikirkan bagaimana caranya memerangi orang yang sudah melanggar adat kebiasaannya dan menista dewa-dewanya itu, bagaimana caranya menghentikan tersiarnya ajarannya itu di kalangan-kalangan kabilah Arab, kabilah-kabilah yang tak dapat hidup tanpa Mekka dan juga Mekkah tak dapat hidup tanpa mereka dalam perdagangan, dalam kegiatan impor dan ekspor dari dan ke ibukota itu.[10]
Pemboikotan ini tidak selamanya diterapkan secara ketat, masih ada celah karena kenyataannya seorang wanita masih diterima sebagai anggota keluarganya sendiri meskipun telah menika dengan anggota kabilah lain. Disamping bantuan dari orang-orang musyrik, ada pula bantuan dari kaum muslim sendiri yang berasal dari kabilah lain,  khususnya Abu Bakar dan Umar. Mereka mengupayakan berbagai cara untuk melanggar pemboikotan itu. Ketika  dua tahun telah berlalu, Abu Bakar tidak lagi disebut sebagai orang kaya. Namun, meskipun mendapatkan bantuan tersebut, masih terjadi kekurangan bahan pangan di dua kabilah korban pemboikotan itu dan terkadang mereka hampir kelaparan. Orang Quraisy memanggil nabi Muhammad dengan Sebutan Mudhamman yang artinya “ terkutuk “. Mayoritas orang Quraisy nyata-nyata menyerah dan pertanda yang tak terduga ini merupakan alasan akhir dan mengakhiri semua perdebatan. Abu jahal dan satu dua orang sadar bahwa akan sia-sia untuk bertahan. Pemboikotan itu secara formal telah dibatalkan. Sejumlah orang Quraisy pergi menyampaikan kabar gembira kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib.
Setelah pemboikotan dihapuskan, kehidupan kembali normal. Untuk sementara waktu, kekejaman terhadap kaum muslim berkurang. Laporan yang dilebihi-lebihkan tentang hal ini segera sampai ke Abyssinia, sehingga yang lainnya, Ja’far, salah seorang diantara mereka, memilih tetap tinggal di Abyssinia. Pada waktu itu para pemuka Quraisy memusatkan perhatian mereka pada upaya membujuk Nabi agar menyetujui sebuah kompromi. Ini pendekatan pertama yang belum pernah mereka lakukan kepadanya. [11]
b.      Senjata Berkarat
Pasukan syirik yang kuat bersiap Jazirah Arab, quraisy mengatur barisan mereka untuk berperang melawan penyembahan Allah yang Esa. Pada tahap awal, mereka berharap dapat membuat nabi melepaskan misinya lewat pikatan dan tawaran harta dan kekuasaan. Namun, mereka terbentur pada jawaban beliau yang masyhur itu “ Demi Allah! Sekalipun kalian meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tak akan meninggalkan risalah ini “ Lalu mereka mulai mengancam, menghina, dan menyiksa para sahabatnya, dan tak pernah berhenti mengganggu dan menganiaya mereka. Namun, ketabahan dan kesabaran membuat kaum muslim berhasil menghadapi cabaan ini, sampai-sampai mereka membeli keteguhan hati di jalan Islam dengan meninggalkan rumah, dan berusaha menyebarkan agama suci ini dengan mengungsi ke Etiopia. Namun, operasi kekuatan syirik untuk menyingkirkan tunas Islam belum berakhir. Malah, kini mereka berupaya menggunakan senjata yang lebih tajam.
Senjata baru yaitu propaganda anti Muhammad. Jelas, penyiksaan dan penekanan yang dilancarkan hanya dapat menghalangi masuk islamnya orang yang bermukim di Mekkah. Ini tidak efektif bagi mereka yang berziarah ke Baitullah di bulan-bulan suci. Para jamaah itu berhubungan dengan Nabi dalam suasana damai dan tenang. Sekalipun tidak sampai memeluk agamanya, paling tidak mereka sudah goyah terhadap doktrin mereka sendiri. Dan seketika meninggalkan Mekkah beberapa hari kemudian, mereka membawa nama Muhammad dan kisah tentang agama baru itu ke seluruh pelosok Arabia. Ini merupakan pukulan telak terhadap penguasa musyrik, dan merupakan faktor yang menakjubkan bagi penyebaran Islam. Karena itulah para pemimpin Quraisy menyusun rencana penindasan lain untuk menahan perluasan agama Nabi agar kontaknya dengan masyarakat Arab terputus.
c.       Fitnah Jorok
Watak manusia sangat dapat dipahami dari balik kedok penyiksaan dan fitnahnya terhadap musuhnya. Dalam rangka menyesatkan orang, seseorang selalu berusaha membuat tuduhan-tuduhan yang dianggap sesuai oleh masyarakat terhadap musuhnya. Seteru yang cerdik akan berusaha mengaitkan hal-hal tertentu pada musuhnya, yakni hal-hal yang orang-orang percayai atau  paling tidak yang mereka ragukan. Bagaimanapun, ia tidak mengedarkan hal tentang musuhnya yang sama sekali tidak cocok dan tidak punya relevansi dengan mental dan perilaku yang sudah terkenal dan menonjol dari si musuh, karena hasilnya justru akan berlawanan dengan keinginannya.  Mereka bingung akan mengatakan apa, karena harta orang-orang mereka sendiri dititipkan di rumah Nabi, dan empat pulluh tahun kehidupan mulia beliau telah membuktikan dirinya sebagai orang yang terpercaya. Para sesepuh Dar an-Nadwah bingung memikirkan bagaimana caranya menggunakan senjata ini terhadap Nabi. Karena itu, mereka sepakat membawa masalah ini kepada orang bijak Quraisy. [12]
d.      Bersikeras Menjuluki Nabi Gila
Karena ajakan Nabi sangat tak menyenangkan bagi musuh-musuhnya sekaligus tak dapat dicerna oleh musuh-musuhnya, usaha mereka hanyalah menjauhkan orang dari beliau dengan ucapan-ucapan yang meracuni.  Sadar bahwa menisbahkan kepalsuan dan fitnah kepada Nabi tak akan mengesankan pikiran musyrikin yang naif dan sangat sederhana, mereka terpaksa hanya menolak ajakannya dengan mengatakan bahwa pemikirannya berasal dari kegilaan, yang tentu tak sesuai dengan sifat-sifat kesalehan dan kelurusan. Mereka membuat berbagai makar, kelicikan, dan penipuan dalam propaganda. [13]
e.       Muhammad dituduh juru pesona
Pihak Quraisy pada musim ziarah itu segera menyongsong orang-orang yang datang berziarah  dengan memperingatkan mereka jangan mendengarkan orang itu dan pesona bahasanya. Jangan sampai mereka itu mengalami bencana seperti yang dialami penduduk Mekkah dan menjadi api fitnah yang akan membakar seluruh jazirah Arab. [14]
f.       Penipuan Keji Nazar bin Harits
Senjata propaganda melawan Nabi ternyata tidak efektif sama sekali, karena orang menyadari, melalui kearifan dan akal budi, bahwa alqur’an mengandung daya pikat luar biasa. Mereka juga merasa tak pernah mendengar kata-kata manis dan bermakna sedemikian menawan sehingga langsung mempengaruhi pikiran orang. Tatkala tidak beroleh manfaat dengan memfitnah Nabi, musyrikin mempertimbangkan rencana kekanak-kanakan lain dan berharap bahwa dengan melaksanakannya mereka akan dapat menyingkirkan perhatian dan kepercayaan orang kepada Nabi. Nazar bin Haritz, salah seorang Quraisy yang paling cerdas dan berpengalaman, yang menghabiskan sebagian usianya di Hira dan Iraq. Untuk mengecilkan status Nabi, dan memperlihatkan  bahwa kata-kata beliau maupun ayat-ayat Al-quran tidak berharga, nazar berkata berulang kali, “ wahai manusia ! Apa bedanya kata-kataku dengan kata-kata Muhammad? Ia menyampaikan cerita-cerita tentang kaum yang dimurkai Tuhan, sedang aku menyampaikan kepada kalian riwayat kaum yang dirahmati dan berkuasa di bumi selama waktu panjang. “[15] Manusia Nadzr ini adalah setannya Quraisy. Dia lah yang dipercayai oleh Quraisy untu melancarkan propaganda-propaganda yang telah mereka susun.
g.      Kaum Quraisy Bersikeras
Nabi menyadari bahwa kebanyakan orang menyembah berhala hanya karena meniru Pemimpin suku, dan praktik ini tidak berakar dalam hati mereka. Karena itu bila terjadi perubahan kepemimpinan dan beliau berhasil membimbing satu atau dua orang dari mereka, kebanyakan masalah akan terselesaikan. Karena itu, beliau berusaha menarik Walid bin Mughirah orang Quraisy yang tertua, paling berpengaruh, dihormati serta berkuasa, ayah khalid yang kemudian menjadi komandan dan penakluk Muslim.
h.      Larangan mendengarkan Al quran
Para penguasa musyrik Mekkah merancang program yang luas untuk merintangi penyebaran Islam, lalu menjalanka program ini satu persatu. Dari waktu ke waktu mereka menjalankan propaganda menentaang Nabi, namun gagal total. Mereka melihat beliau bersiteguh membawa misinya, dan cahaya sinar tauhid Ilahi menjalar maju semakin jauh. Para pemimpin Quraisy memutuskan melarang orang mendengarkan Al quran. Agar rencananya berhasil, mereka menempatkan mata-mata di setiap sudut kota Mekkah untuk mencegah penziarah  dan pedagang yang mengunjungi Mekkah berhubungan dengan Muhammad dan menghalangi mereka, dengan cara apa saja , dari mendengar Al quran. Juru bicara kelompok itu mengedarkan maklumat di kalangan penduduk Mekkah. Senjata paling efektif yang digunakan Nabi, yang menimbulkan pesona dan rasa takut di hati musuh, adalah Al quran itu sendiri. Para pemimpin Quraisy dapat melihat betapa banyak musuh bebuyutan Nabi pergi menemuinya dengan maksud mengolok-ngolok atau mereka malah mengganggunya, tapi begitu mendengar beberapa  ayat kitab Suci, mereka malah menjadi penngikut setianya. Untuk mencegah kejadian demikian, Quraisy memutuskan melarang para anak buah dan pendukung mereka mendengrakn Al Quran . mereka juga mengumumkan bahwa percakapan dengan Muhammad dilarang.
i.        Menghalangi Orang masuk Islam
Sesudah menerapkan program pertama, yaitu melarang orang mendengarkan Al- Quran , mereka memulai program kedua. Orang yang bertempat tinggal dekat maupun jauh, yang tertarik pada Islam, pergi ke Mekkah. Mata-mata Quraisy menghadang mereka di jalan atau saat tiba di Mekkah, lalu mencegah mereka memeluk Agama Islam.[16]
j.        Muslimin dikepung
Penderitaan yang begitu lama, begitu banyak dialami kaum muslimin karena kekerasan Quraisy, padahal mereka masih sekeluarga : saudara, ipar, sepupu, banyak di antara mereka itu yang merasakan betapa beratnya kekerasan dan kekejaman yang mereka lakukan itu. Dan sekiranya tidak ada penduduk yang merasa simpati kepada kaum muslimin, memebawa makanan ke celah gunung-gunung tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan, dalam hal ini Hisyam bin ‘Amr termasuk salah seorang dari kalangan Quraisy yang paling simpati kepada Muslimin.
3.       Pendorong sikap Keras  Sesepuh Quraisy
Ada beberapa hal yang bisa dianggap sebagai penyebab sikap keras kepala ini :
1.      Orang Quraisy Menaruh Iri kepada Nabi
2.      Takut hari pembalasan
Inilah penyebab paling berpengaruh atas sikap kepala batu orang Quraisy, karena mereka hanya mencari kesenangan dan kemudahan dengan mengikuti hawa nafsu. Dakwah nabi bertentangan dengan kebiasaan mereka yang sepenuhnya bebas selama berbilang abad. Meninggalkan kebiasaan buruk menuntut pengorbanan besar dan kerja keras. Alquran memperingatkan suku Quraisy bahwa pada hari Kiamat, kekayaan dan kekuasaan klan mereka, yang menjadi gantungan setiap orang, tak dapat menolong. Malahan setiap orang akan ditanyai mengapa ia tidak memelihara anak yatim atau memenuhi kebutuhan orang miskin. Mengapa mereka mementingkan diri sendiri dengan mengumpulkan harta dan tidak membaginya dengan anggota suku yang lebih membutuhkan, ini jelas merupakan gagasan yang mengancam orang-orang kaya Quraisy. Orang-orang yang menolak realitas hari Kiamat adalah mereka yang perilaku sosialnya keliru.
















BAB III
     PENUTUP
KESIMPULAN

Keterkejutan orang Quraisy terhadap datangnya agama yang baru, membuat mereka memberontak terhadap seseorang yang membawa risalah tentang agama baru yang muncul di Jazirah arab yang dibawakan oleh Nabi Muhammad, mereka tidak pernah mengakui agama atau risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad dan juga mereka tidak mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Maka akibat orang Quraisy tidak menerima Agama Islam, Orang Quraisy melakukan berbagai upaya supaya sang pembawa risalah berhenti untuk menyebarkan dakwahnya, seperti menyiksa orang yang telah masuk Islam, dan Juga Nabi Muhammad sendiri, seperti melakukan pemboikotan, melarang orang-orang mendengar ayat suci Al-quran, melarang orang-orang di jazirah Arab untuk masuk Islam, melakukan penghinaan, tuduhan terhadap nabi muhammad berserta keluarganya.
Namun, walaupun risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad ditentang keras,beliau mengalami hal-hal yang sangat keras, risalah yang disampaikannya aneh, namun tekad Nabi dalam melawan rintangan berhasil tersebar dengan ajaran yang benar. Dan menyelamatkan manusia jazirah Arab ketika itu terhadap perbuatan jahiliyah. Dan membelokkan aqidah tauhid kepada menyembah Tuhan yang Esa, agama yang benar.




                                             DAFTAR PUSTAKA

Subhani, Ja’far, Ar-risalah Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, Jakarta: Lentera, 2002.
Haekal, Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa, 1989.
 Al –usairy, Ahmad , Sejarah Islam Sejak Zaman Adam Hingga Abad XX, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2007.

Lings, Martin,  Muhammad , Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2002.





[1] Ja’far Subhani, Ar-risalah Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, Jakarta: Lentera, 2002, hlm. 5
[2] Ibid... hlm. 6
[3] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa, 1989, hlm. 20
[4] Ja’far Subhani, Ar-risalah Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, Jakarta: Lentera, 2002, hlm. 7
[5] Muhammad Husain Haekal,...hal : 42
[6] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Adam Hingga Abad XX, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2007. Hal : 88.
[7] Ja’far Subhani...hal : 172
[8] Martin Lings, Muhammad , Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2002, hal : 88-89.
[9] Ibid...hal : 92
[10] Muhammad Husein Haekal...,hal : 125.
[11] Martin Lings...hal : 149.
[12] Ja’far Subhani...hal : 212
[13] Ibid...hal : 213
[14] Muhammad Husein Haekal...hal : 127
[15] Ja’far subhani... hal : 215.
[16]  Ja’far Subhani...hal : 218

Posting Komentar

0 Komentar