Makalah Kerajaan Islam Di Nusantara



BAB I : PENDAHULUAN
Kerajaan Islam di Nusantara
            Islam di Indonesia ( Asia Tenggara ) merupakan salah satu dari tujuh cabang peradaban peradaban Islam ( sesudah hancurnya persatuan peradaban Islam yang berpusat di Baghdad tahun 1258 M ). Ketujuh cabang itu secara lengkap adalah peradaban Islam itu secara lengkap adalah peradaban Islam Arab, Islam Parsi, Islam Turki, Islam Afrika Hitam, Islam anak benua India, Islam Arab Melayu, dan Islam China. Kebudayaan ( peradaban ) yang disebut Arab Melayu tersebar di wulayah Asia Tenggara memiliki ciri-ciri universal menyebabkan peradaban itu tetap mempertahankan bentuk integralitasnya, tetapi pada saat yang sama tetap mempunyai unsur-unsur yang khas kawasan itu.
Kemunculan dan perkembangan Islam dan kawasan itu menimbulkan transformasi kebudayaan ( peradaban ) lokal. Transformasi melalui pergantian agama dimungkinkan karena Islam selain menekankan keimanan yang benar, juga mementingkan tingkah laku dan pengamalan yang baik, yang diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Terjadinya transformasi kebudayaan dari sistem keagamaan lokal kepada sistem keagamaan Islam bisa disebut Revolusi Agama. Transformasi masyarakat Melayu kepada Islam terjadi berbarengan dengan “ masa perdagangan “. Masa ketika Asia Tenggara mengalami peningkatan posisi dalam perdagangan Timur-Barat. Kota-kota wilayah pesisir muncul dan berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan, kekayaan,dan kekuasaan. Masa ini mengantarkan wilayah Nusantara ke dalam internasionalisasi perdagangan dan kosmopolitanisme kebudayaan yang tidak pernah dialami masyarakat di kawasan ini pada masa-masa sebelumnya.[1]



BAB II : PEMBAHASAN
1.      Kerajaan Aceh Darussalam.
Kerajaan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan yang paling lama berkuasa di Nusantara pada masa lampau. Saat disebutkan kerajaan Aceh, yang terlintas di pikiran orang adalah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini muncul setelah jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan Portugis pada tahun 511 M. Pada tahun itulah kerajaan Aceh Darussalam didirikan dan menjadi pengganti atas kekalahan bangsa Melayu di Melaka ( marwah bangsa Melayu jatuh ). Kerajaan Aceh Darussalam merupakan hasil evolusi dari kerajaan-kerajaan Islam yang pernah muncul di tanah Aceh sebelumnya.
Jika dilihat dari latar belakang sejarah kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan Islam yang terakhir di Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan yang paling lama berkuasa di Nusantara yang diperintah oleh puluhan sulthan. Setelah kerajaan Aceh Darussalam berakhir pada tahun 1939 M, tidak ada kerajaan Islam yang pernah muncul di wilayah Asia Tenggara ini.[2]
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama kabupaten Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke -15 M, diatas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah. Dialah yang membangun Kota Aceh Darussalam. Ali Mughayat Syah meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah Pidie yang bekerja sama dengan Portugis, kemudian ke Pasai pada tahun 1524 M. Dengan kemenangannya terhadap dua kerajaan tersebut, Aceh dengan mudah melebarkan sayap kekuasaannya ke Sumatera Timur untuk mengatur daerah Sumatera Timur, raja Aceh mengirim panglima-panglimanya, salah seorang di antaranya adalah Gocah, pahlawan yang menurunkan sultan-sultan Deli Serdang.[3]
Peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al-Qahar. Dalam menghadapi bala tentara Portugis, ia menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam yang lain di Indonesia. Dengan bantuan Turki Usmani tersebut, Aceh dapat membangun angkatan perangnya dengan baik. Aceh ketika itu tampaknya mengakui kerajaan Turki Usmani sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dan kekhalifahan dalam islam.
Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1608-1637 ). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat sumatera. Dari Aceh, Tanah Gayo yang berbatasan diislamkan, juga Minangkabau. Hanya orang-orang kafir Batak yang berusaha menangkis kekuatan-kekuatan Islam yang datang, bahkan mereka melangkah begitu jauh sampai minta bantuan Portugis. Sultan Iskandar tidak terlalu bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang jaraknya jauh. Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerja sama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.
Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani, bersikap lebih liberal, lembut dan adil. Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi, kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana. Tatkala beberapa perempuan menduduki singgasana pada tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan menjadi terpecah belah. Setelah itu, pemulihan kembali kesultanan tidak banyak bermanfaat, sehingga menjelang abad ke -18 M kesultanan Aceh merupakan bayangan belaka dari masa silam dirinya, tanpa kepemimpinan dan kacau balau.[4]
2.      Kerajaan Mataram
Mataram pada mulanya hanyalah merupakan hutan yang penuh tumbuhan tropis di atas puing-puing istana tua Mataram Hindu, lima abad sebelum berdirinya kerajaan Mataram ( Islam ) yang sedang kita bicarakan sekarang ini. [5]
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya, sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.[6]
Pada tahun 1577 M, KI Gede Pamanahan menempati istana barunya di Mataram. Dia digantikan oleh putranya, Senopati tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senopati yang dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah pangeran Benawa anak sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas pajang kepada Senopati. Meskipun Senopati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Skar Dlima, Kendali Kiai Macan Guguh, dan Pelana Kiai jatayu, namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan. Senopati meninggal Dunia tahun 1601 M dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 dan juga diganti oleh putranya, Sultan Agung yang melanjutkan usaha ayahnya.

3.      Kerajaan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah,  berdirinya Kerajaan Demak tidak ada kaitannya  dengan runtuhnya  Kerajaan Majapahit, artinya Kerajaan Demak berdiri, Kerajaan Majapahit masih eksis. Namun munculnya Kerajaan Demak erat kaitannya dengan kondisi politik, ekonomi,  sosial dan budaya Kerajaan Majapahit
Perlu diketahui  bahwa  meskipun Kerajaan Majapahit runtuh tidak berarti  bahwa  seluruh  bekas  kekuasaan Kerajaan Majaphit  jatuh ketangan Kerajaan Demak dan seluruh bekas wilayah Kerajaan Majapahit menjadi muslim. Sebagaimana telah disebutkan perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusar kekuasaan yang independen.[7]
Kerajaan Demak runtuh karena konflik internal dikalangan keluarga kerajaan, lalu muncul Kerajaan Pajang dibawah  Hadiwijaya.  Setelah Kerajaan Pajang  muncul Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram beberapa kali mengalami perpindahan pusat pemerintahan, mulai dari Kota Gede , Plered. Kerta, Kartasura  kemudian ke Surakarta. Perpindahan itu karena ibukota  kerajaan pernah diduduki musuh.

4.      Kerajaan Banten
Peletak dasar nilai keislaman di Kawasan Sunda ialah Nurullah dari Samudera Pasai. Beliau datang kesana pada tahun 1525 atas perintah Sultan Demak.kedatangan Nurullah atau Syarif yang juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati di Jawa bagian Barat dengan misi utamaa yaitu penyebaran Islam dan kedua untuk memperluas wilayah kerajaan Demak. Sebagai penguasa baru di Banten ia bersikap sebagai bawahan Demak. Wilayah kekuasannya meliputi wilayah Banten, Jakarta dan Cirebn. Pada masanya usaha untuk menjarah pangkuan Pajajaran masih belum terencana  hal ini karena disamping jangkauannya agak jauh dari pantai juga disibukkan oleh usaha pembenahan kekuasaan barunya teruatam Salaam mengantisipasi masa transisi budaya Hindu ke Islam bahkan untuk kepentingan ini ia harus berpindah-pindah tempat kadang di Banten dan kadang di Cirebon. [8]
Sistem politik,  sebagaimana kerajaan tradisional lainnya, kekuasaan sultan disini mempunyai otoritas tertinggi serta mempunyai hak prerogatif penuh atas segala urusan, baik politik atau lainnya. Pengakuan dan pengukuhan atas jabatan sultan ditetapkan berdasarkan warisan.
Kedudukan dan peran serta Ulama, kedudukan sultan-sultan Banten diakui bukan saja sebagai kepala pemerintahan yang memiliki otoritas tertinggi tetapi juga sebagai kepala agama di wilayahnya, dengan demikian lembaga-lembagaa keagamaan mendapaat perhatian, pengakuan serta perlindungan penuh dari sultan,terutama ulamnya. Mereka termasuk kelompok elite yang memiliki pengaruh besar terhadap jalannya pemerintahan ataupun masyarakat.
Suasana harmonis antara Ulama dan Umara berjalan dari masa ke masa  hingga terjadi aneksasi Belanda atas Banten. Kessempatan para ulama dalam berpartisipasi dalam soal kebijakan pemerintah sudah tidak ada peluang, semuanya sudah diatur oleh Belanda. Peranan pejabat seperti Ulama,personl semakin dipersempit dan bahkan baanyak didudukkan pejabat-pejabat biasa dengan pengawasan ketat dari pemerintah Belanda. Pembatasan terhadap jamaah haji juga dlakukan, tetapi jumlah peserta setiap tahunnya terus meningkat. Sebagai akibat pelaksanaan tersebut bangkitlah para ulama Banten untuk melakukan Kompeni dengan Belanda. [9]
5.      Kerajaan Palembang
Sejarah kerajaan Palembang atau kesultanan Palembang terjadi dalam abad ke 17 M dan 18 M. Tempatnya di kota Palembang dan sekitarnya, baik disebelah di Sungai Musi maupun du Hulu dan anak-anaknya, yang dikenal dengan Batanghari sembilan. Letaknya tiddaak terlalu jauh dari Kuala yang bermuara di selat Bangka.
Kota Palembang semula termasuk wilayah kerajaan Budha Sriwijaya yang berkuasa dari tahun 683 M sampai kira-kira tahun 1371 M. Runtuhnya kerajaan ini karena akibat kekosongannya Kekuasaan dan menjadi taklukan kerajaaan Majapahit pada pertengahan abad ke 15 sampai tahun 1527 M. Setelah kerajaan Majapahit, Palembang menjadi daerah pelindung dari kerajaan Demak,pajang dan Mataram.
Masa Kejayaannya, palembang dalam bagian kedua abad ke 18 telah menuju ke hari depan yang baik, yaitu pada masa Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin II, ia menjalankan pemerintahan secara bijaksana, perdagangan berkembang pesat dan timah telah memperkaya kerajaan.
Ekonomi, perekomian sesuai dengan letaknya, sangat dipengaruhi oleh perdagangan luar dan dalam negeri. Komoditi yang terpenting ialah hasil pertambangan Timah.
Politik, politik yang dijalankan di kesultanan selama kurang lebih 50 tahun telah membuktikan telah berhassilnya menciptakan pemerintahan yang stabil, dimana ketentram dan keamanan penduduk dan perdagangan terpelihara dengan baik. Begitu juga hubungan dengan negara-negara tetangga pada umumnya terjalin dengan baik, hanya ada satu kali perang saja sewaktu pra-kesultanan pada tahun 1596 dengan Banten yang berlatar belakang pertikaian ekonomi untuk memperebutkan pangkalan perdagangan di Selat Malaka.
Peran Ulama di Kesultanan Palembang, sama seperti kerajaan Islam yang lainnya yaitu, para ulama yaitu juga sangat berperan penting, seperti kedudukan dalam pemerintahan juga sebagai pemberi tentang ilmu-ilmu Islam.

6.      Kerajaan Ternate
Islam masuk ke Ternate ke daerah maluku resmi pada abad IX, yang pada waktu itu dibawa oleh orang Arab, Persi dan juga orang melayu yang berdatangan kesana sejak abad ke -5 Masehi atau abad ke-11 masehi. Kerajaan Ternate berada pada kepulauan Maluku yang merupakan salah satu dari empat kerajaan yang berada disana,yaitu kerajaan Tidore, Bacan, Jailolo,dan Ternate.
Sejak dulu ternate terkenal dengan bunga cengkehnya, karena itulah yang membuat bangsa Eropa banyak berdatangan dan ingin menguasainya. Datnganya pengaruh bangsa Barat, didahului oleh pengaruh  bangsa Timur Tengah yang lebih awal datangnya ke Negeri ini, sehingga mereka saling berlomba untuk mendapatkan hasil bumi yang melimpah  ruah. Bangsa Timur Tengah disamping mencari rempah-rempah juga untuk menyebarkan agama Islam.[10]
Ekonomi, Kerajaan Ternate tidak terlepas dari aspek-aspek dan hal-hal yang membawa ke arah kelangsungan kehidupan kerajaan tersebut. Pada masa pertumbuhannya dan perkembangan islam, sistem jual beli agaknya masih melanjutkan atau meneruskan sistem lama,yaitu barter. Ada pula yang menggunakan alat penukar Konvensional yang lazim disebut Uang. Tradisi ini masih berlaku bagi masyarakat primitif yang masih tinggal di pedalaman. Perkembangan di Ternate berjalan sangat pesat, hal ini terlihat dengan banyaknya orang yang menanam rempah-rempah, yang terkenal merupakan tanaman yang sangat mahal harganya dan banyak peminatnya, bukan saja di kalangan Indonesia Sendiri, tetapi juga bangsa Asing yang datang Maluku.
Politik, seperti halnya juga kerajaan Islam yang lain juga telah mengenal politik dalam menjalankan pemerintahan. Dalam pergantian kekuasaan raja masih berlaku sistem turun temurun dan ini terbukti ketika sultan yang pertama ( Zainal Abidin ) wafat, maka penggantinya adalah putranya yang bernama Sirullah.
Tercatat dalam sejarah , bahwa dalam pusat kerajaan Ternate terdapat beberapa mesjid dengan bangunan yang megah dan Unik, yang membedakan dengan mesjid daerah lain.
Pada masa sebelum Islam datang, masyarakat Ternate menganut Animisme dan Dinamisme, menganggap nenek moyang adalah mereka yang paling keramat. Tetapi setelah Islam datang keadaan menjadi berubah yang mana diawali dengan masuknya raja mereka yang pertama dengan memeluk islam dan diikuti oleh rakyatnya.
Hubungan Ulama dengan rakyat,minat beragama masyarakat ternate terhadap Islam sangat tinggi dan antusias untuk mempelajari ajaran-ajarannya.
7.      Kerajaan Makassar
Kerajaan terdiri atas dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo, keduanya saling mengadakan hubungan baik sehingga masyarakat hanya mengenal Kerajaan Makassar saja. Nama Makassar diambil dari ibukota Goa dan sekarang berganti nama menjadi Ujung Pandang.
Islam masuk ke daerah Makassar melalui pengaruh Kesultanan Ternate yang giat memperkenalkan Islam disana. Raja Gowa yang bernama Karaeng Tunigallo selanjutnya masuk Islam setelah menerima dakwah dari Dato Ri bandang.[11]
Kerajaan ini mencapai kejayaannya pada masa dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki sebagai “ Ayam jantan Dari Timur” oleh Orang belanda sendiri dikarenan beraninya dalam melawan Belanda.
Ekonomi, perdagangan yang berkembang pesat dan menjadi perkembangan pusat pelaabuhan Internasional.
Masa kemundurannya,betapapun kemajuan Makassar Sesudah Islam, adat istiadatnya tidak boleh dilupakan. Raja-raja di ketiga daerah yang lain masuk, termasuk Wajo dan Soppeng bukanlah jajahan Makassar, tetapi raja Empat Sela, yang duduk sama rendah,tegak sama tinggi. Makassar kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga sifaatnya terlalu keras. Perasaan tidak puas kian lama makin mendalam, dipimpin oleh anak raja yang masih muda dari Soppeng bernama Aru Palaka, komponi akhirnya mengetahui dendam yang sangat dalam tersebut.
Peran Ulama, dalam sejarah pada Kerajaan ini tidak banyak disebutkan tentan peran Ulama, mungkin karena banyaknya pengaruh agama primitif. Disamping itu, ekspansi keagamaan yang dilancarkan oleh misionaris cukup membuat penguasa Makassar untuk memilih mana yang pantas untuk menjadi agama resmi kerajaan. Para ulama di Makassar banyak yang berasal dari Sumatera khususnya Aceh yaittu yang diperintahkan oleh dari kerajaan IndraPuri. Merekalah yang mengambil peranan penting dalam usaha mengislamkan penguasa dan menyebarkan ke Msyarakat Makassar, yang pada gilirannya nanti akan ikut memberi semangat baru bagi masyarakat Makassar untuk menentukan pegangan hidup mereka.
8.      Kerajaan Banjar
Di kalimantan nama Banjar Mula-mula dipakai untuk membedakan orang Melayu dari orang Jawa yang berjasa terhadap Sultan Suriansyah, sesuai dengan arti Banjar itu sendiri, yaitu Kelompok.
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan islam yang terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya di kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin. Kata Banjarmasin merupakan paduan dari dua kata, yaitu bandar dan Masih. Nama Bandar Masih diambil dari nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan banjar yang cakap dan berwibawa.
Perkembangan ekonomi, berkembang sangat pesat,akhir abad ke 16 sampai abad ke 17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk mencapai suatu kemakmuran kerajaan. Perekonomian masyarakat Banjar terdiri atas : pertanian, nelayan dan industri.
Dalam kurun sejarah, kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga coraknya berbeda dari zaman ke zaman. Ini adalah manifestasi dari cara berpikir dari sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun waktu tertentu.
Agama islam merupakan agama mayoritas di Banjarmasin dan mereka taat dam menjalankan ibadah islam.
Peran serta Ulama, Sultan Suriansyah adalaah raja pertama yang memeluk islam dan menjadikan islam sebagai agama resmi kerajaan. Ulama sebagai elite religius memberikan andil yang cukup besar bagi pemerintahan kerajaan. Sultan dan Ulama mempunyai kesatuan pandang dalam kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan menjunjung tinggi agama islam.


     BAB III : PENUTUP
KESIMPULAN

Kedatangan Islam ke Nusantara, tidak hanya sebatas menyebarkan agama islam saja di bumi Nusantara ini, tidak hanya sebatas itu perkembangan Islam di Nusantara, perkembangan Islam dan kejayaan Islam mencapai klimaks, yaitu sampai tercapainya kerajaan islam dan menjadi tanah mayoritas islam. Kejayaan Islam yang dicapai sampai berabad-abad dan tersebar di seluruh nusantara, tidak hanya berada di Aceh saja melainkan juga terdapat pulau jawa, sulaweri kalimantan.
Walau seiring berjalannya waktu, kejayaan yang pernah dicapai hanya bisa dikenang saja. Di karenakah membangun dan mempertahankan tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun rintangan tantangan permusuhan. perkhianatan, juga perang kekuasaan dan agama pun terjadi sehingga pada hari ini, kita hanya mengenang dan mengkaji menelusuri ke dalam masa lampau, kita akan memakai mesin waktu untuk melihat perjuangan dan mencicipi kejayaaan Islam kala itu



DAFTAR PUSTAKA

Sunanto , Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta :PT,RajaGrafindo Persada,2005.
Matsyah , Ajidar, Jatuh Bangun Kerajaan Islam di Aceh, Yogyakarta : Kaukaba, 2013.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2014.
Harun ,M,Yahya, Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII, Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam Sejahtera,1995.
M, Tarunasena., Sejarah, jakarta : PT.Sumber Bahagia Concern,2009.





[1] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta :PT,RajaGrafindo Persada,2005, hlm.18.
[2] Ajidar Matsyah, Jatuh Bangun Kerajaan Islam di Aceh, Yogyakarta : Kaukaba, 2013, hlm.45.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2014, hlm.209.
[4] Ibid,,,.hlm.210.
[5] M,Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII, Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam Sejahtera,1995, hlm.23.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,...hlm,214.
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2014, hlm.210.
[8] M. Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara Abad XVIi dan XVII,...hlm.34.
[9]Ibid,...hlm.44.
[10] Ibid,...hlm.53.
[11] Tarunasena.M, Sejarah, jakarta : PT.Sumber Bahagia Concern,2009,hlm.118.

Posting Komentar

0 Komentar