Asal Mula Nanggroe Aceh Dalam Sejarah


Aceh terletak di bagian paling Utara pulau Sumatera dan paling Barat bagi kepulauan Nusantara. Yang diapit di antara Samudera Hindia dan Selat Malaka. Menurut beberapa pendapat, bahkan di berbagai referensi banyak pendapat yang mengatakan tentang Aceh, asal usul Aceh, begitu pula dengan nama Aceh itu sendiri. Nama Aceh juga dikatakan seperti Mitos karena banyaknya pendapat tentang Aceh, Aceh dikenal dengan nama Legenda atau dengan berbagai Mitos. Aceh Sudah dikenal di dunia jauh sebelum dari ini, terbukti dengan adanya kerja sama dengan bangsa Asing juga perjuangan-perjuangan orang Aceh itu sendiri. Sehingga membuat nama Aceh di kenal dalam berbagai Negara.
Nama Aceh dalam bahasa Asing, Aceh dikenal dalam bahasa yang berbeda-berbeda seperti Atchin, Acheh dalam bahasa Belanda, Achin dalam bahasa Inggris, Achen atau Acheh dalam bahasa Perancis, Asyi dalam bahasa Arab, Achen atau Achem dalam bahasa Portugis, Atsi atau Ache dalam bahasa Tionghoa.
Asal nama Aceh sebagaimana yang pernah dikemukakan umumnya tidak banyak yang dapat diketahui dengan pasti. Tengku Syech Muhammad Noerdin, yang pada waktu hidupnya banyak sekali membantu Snock Hurgronje dan Hoesain, baik dalam mencari bahan-bahan atau dalam menyalin  manuskrip atau hikayat Aceh dari huruf Arab ke huruf Latin. Beliau juga banyak mengumpulkan bahan tentang kehidupan, peradaban dan adat istiadat Aceh, dan pada akhir usianya diperbantukan pada balai pustaka, meninggalkan beberapa karangan pada salinan serta badan penerbitan pemerintah ini, asal-usul nama Aceh lebih banyak diceritakan dalam mythe, cerita-cerita lama, mirip dongeng. Di antaranya, dikisahkan zaman dahulu, sebuah kapal Gujarat (India) berlayar ke Aceh dan tiba di Sungai Tjidaih (baca: ceudaih yang bermakna cantik, kini disebut Krueng Aceh).Para anak buah kapal (ABK) itu pun kemudian naik ke darat menuju Kampung Pande. Namun, dalam perjalanan tiba-tiba mereka kehujanan dan berteduh di bawah sebuah pohon. Mereka memuji kerindangan pohon itu dengan sebutan, Aca, Aca, Aca, yang artinya indah, indah, indah. Menurut Hoesein Djajadiningrat, pohon itu bernama bak si aceh-aceh di Kampung Pande (dahulu),Meunasah Kandang. Dari kata Aca itulah lahir nama Aceh.
Pelaut Asing zaman dahulu,baik bangsa China, Arab atau Barat, menggunakan bermacam-macam kata untuk daerah Aceh. Menurut berita-berita yang dikumpulkan China dalam masa pemerintahan keluarga Liang, disebutkan sekitar 500 M, disebelah utara Sumatera terdapat suatu Kerajaan Buddha bernama “ Poli “. Penulis-penulis Arab dari Abad ke IX sampai tahun 950 bericara tentang Sumatera Utara, dan menyinggung nama “ Rami “ “ Lamari “ dan sebagainya.
Dalam tahun 1292 Marco Polo dalam perjalanannya dari Peking ke Persia mengunjungi serangkaian kerajaan di Sumatera Utara, yang mempunyai nama berlainan, yang masih hidup sampai sekarang ini yaitu Ferlec = Pereulak, Basma = Pasai, Fansoer = Baroes, Lamori atau Lamoeni = Aceh Besar. Tatkala itu Islam sudah menginjakkan kakinya di Sumatera Utara. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa bangsa Arab pernah memakai nama Sumatera Utara dengan Rami tahun 400 M. Oleh orang China disebut sebagai lan-li, lan-wu-li, nan-wu-li dan nan-poli. Yang sebenarnya sebutan Aceh adalah Lam Muri, dalam sejarah Melayu dan oleh Marcopolo disebut Lambri. Sesudah kedatangan Portugis, nama Lambri tidak terdengar lagi, tetapi tergantikan menjadi Achem ( Aceh ). Orang Portugis dan Italia biasanya mengatakan Achem, Achen, Acen. Kemudian orang Arab menyebutnya lagi Asyi, atau juga Dachem, daging, Dacin. Orang Inggris, Perancis  juga menyebutkan nama Aceh dengan nama yang berbeda- beda dan akhirnya Orang Belanda menyebutkan Achen, Achin,Atsyim,Acin,Atjieh dan Akhirnya Aceh.
Pendapat lain mengenai penamaan Aceh adalah pada suatu hari, dua orang putri adik beradik mandi di sungai, adik dalam keadaan mengandung. Tiba-tiba hanyutlah satu rakit gedebok pisang, yang diatasnya terletak satu empang yang bergerak-gerak, kedua putri itu berenang dengan menarik rakit tersebut ke pinggir serta mengambil empangnya.  Setelah dibuka ternyata isinya seorang bayi, lalu si kakak menyatakan kepada adiknya “ biarlah saya yang memeliharanya, karena kau telah memiliki anak dalam perutmu “. Permintaan itu dikaulkan ole si adik, anak itu pun dibawa pulang dan putri yang tertua berdiang di api seperti biasanya orang yang melahirkan. Masyarakat menjadi heran mendengar kakaknya sudah bersalin, sementara yang hamil adiknya, karena itu masyarakat mengatakan “ Adoe nyang mumee , A nyang Ceh “  dari kata-kata tersebut akhirnya menjadi Aceh.
Pendapat lainnya yaitu yang mengatakan tentang karakter orang Aceh itu sendiri, yaitu yang tidak mudah pecah, hal ini diterjemahkan dari kata A yang artinya tidak, dan Ceh yang artinya pecah, dalam artian bahwa arti dari kata Aceh yaitu tidak pecah.


Asal usul Orang Aceh
Seperti yang kita lihat bahwa bahkan sering kita mendengar bahwa orang Aceh berasal dari percampuran darah imigran seperti yang sering dikatakan bahwa Arab,China, Eropa dan Hindia. Dan ada pula yang mengatakan Atjeh yaitu adanya percampuran juga dengan Turki. Di kalangan peneliti sejarah dan antropologi, asal-usul bangsa Aceh adalah dari suku Mantir (Mantee, bahasa Aceh) yang hidup di rimba raya Aceh. Suku ini mempunyai ciri-ciri dan postur tubuh yang agak kecil dibandingkan dengan orang Aceh sekarang. Diduga suku Manteu ini mempunyai kaitan dengan suku bangsa Mantera di Malaka, bagian dari bangsa Khmer dari Hindia Belakang.
Asal muasal negara Aceh masih terselubung kabut kerahasiaan dan meskipun memang ada alasan baik untuk mengatakan bahwa negara itu tidak berbentuk pada masa yang sudah silam, namun harus diakui bahwa sejarah beberapa dasawarsa sebelum kedatangan orang Portugis yang pertama boleh dikatakan masih belum seluruhnya diketahui orang. Bahwa berbagai versi yang masih tersimpan sampai sekarang dan yang sedikit banyak bersifat dongeng itu tidak dapat dijelaskan lebih lanjut memang pantas disayangkan, lebih-lebih karena timbulnya pelabuhan dagang sedemikian pada perbatasan dua dunia merupakan masalah yang mengasyikkan : ingin kita mengetahui apakah gerangan peran penduduk Sumatera dalam peristiwa itu.
Mengenai peran yang sesungguhnya dipegang oleh unsur-unsur luar hanya ada cerita-cerita yang turun temurun sampai kepada kita dan yang sukar diperiksa kebenarannya. Mitos mengenai tempat asal di seberang laut sudah dari dulu digemari orang Aceh, menurut Davis mereka menganggap diri keturunan Ismael dan hagar, dan tiga abad kemudian Snouck Hurgronje berkata telah mendengar cerita tentang seseorang yang bernama Teungku Kutakarang. Ulama dan hulubalang ( yang meninggal pada bulan November 1895 ) dan yang menganggap orang Aceh lahir dari percampuran orang Arab, Parsi dan Turki. Gagasan sedemikian itu bisa saja belum lama adanya guna meningkatkan perlawanan terhadap bangsa Eropa. Namun kita melihat bahwa diantara penduduk Pasai pada mulanya terdapat sejumlah orang Bengali ( menurut Tome Pires mereka bahkan merupakan mayoritas ), maka setidak-tidaknya ada kemungkinan bahwa dari pedagang-pedagang yang datang dari India atau dari Timur Tengah ada yang memegang peranan dalam terbentuknya Aceh, akan tetapi persoalan ini masih dikesampingkan.
Menurut Teks dari seorang raja Campa, Syah Pu Liang diusir dari ibukotanya oleh bangsa Vietnam, ia mencari perlindungan di Aceh, lalu membentuk wangsa baru. Dan keturunan juga asal orang Aceh juga berkaitan dengan suku atau sukee yang 4 seperti Tok batee, Imuem Peut , Lhee Reutoh, dan Jasandang.
Kesimpulan
          Asal usul nama Aceh, Asal Usul orang Aceh dan negeri Aceh, dengan adanya berbagai pendapat tentang Aceh dan pengalaman yang dirasakan sendiri oleh ilmuan atau berbagai kalangan juga berbagai negara, sebutan nama Aceh yang merupakan sangatlah berbeda-beda dari segi tulisan juga pengucapan itu dikarenakan tentu karena bahasa yang berbeda. Dan asal kata nama tersebut juga  merupakan berbagai macam yang di dapatkan baik itu dari orang luar dan juga dari orang Aceh itu sendiri. Yang berbentuk pendapat juga terdapat seperti mitos dan legenda. Yang menurut saya itu tidaklah masuk akal, sebuah nama bangsa besar yang hanya dikaitkan dengan kejadian yang sedikit aneh dan mudah tersebut tanpa sesuatu yang besar terjadi atau hal lainnya terjadi.
            Namun dari beberapa penjelasan yang telah teruraikan diatas hanya beberapa pendapat yang membuat saya yakin bahwa itulah Aceh sebenarnya, seperti Aceh dengan karakter yang tidak mudah goyah atau tidak mudah terpecahkan. Karena dengan situasi atau sejarah yang telah kita ketahui dulu yaitu jayanya Kerajaan Aceh, dan juga bagaimana perjuangan orang Aceh dalam perang karena itu membuktikan bahwa betapa hebatnya orang Aceh. Bahkan karena orang Aceh yang tak pernah mundur sehingga Aceh juga juga disebut Aceh Pungoe oleh Musuh.
            Begitu pula dengan Asal orang Aceh, yaitu yang datangnya dari berbagai pendapat dan berasal dari percampuran darah para imigran, itu adalah pembuktian yang dapat kita lihat bahwa orang Aceh dengan bentuk dan warna yang berbeda yang membuat orang Aceh itu Unik dengan sendirinya. Namun, kita dapat mengkaji dan mendalami kembali tentang asal nama Aceh dan asal usul orang Aceh dengan lebih konferensi dan mendalam kembali hingga ke titik yang sangat dekat.

penulis : Marzatil Husna
mahasiswi Uin Arranirry, 
Sejarah Kebudayaan Islam
           




Posting Komentar

0 Komentar