kaca mata kini : Mesjd Indra Puri

Pada tanggal 25 Desember 2015, kami unit 1 mengadakan sebuah perjalanan yang menakjubkan yaitu berkunjung ke suatu tempat situs sejarah yang tidak dapat kami lupakan, kami melakukan wawancara dan observasi terhadap tempat tersebut. Menariknya, Banda Aceh dan Aceh Besar sangat banyak memiliki situs-situs sejarah yang hebat seperti situs-situs yang sudah saya sebutkan diatas dan terkhusus untuk judul satu ini saya akan mengurai lebih panjang lagi tentang sebuah situs yang menakjubkan ini dan unik ini. Pada laporan ini saya banyak memperkenalkan tentang situs-situs karena inilah judul yang telah diberikan kepada saya dan inti dari situs sejarah yang saya uraikan dalam laporan ini yaitu mesjid Indra Puri dan di sinilah awal dari perjalanan saya. Perjalanan yang menjadi pokok pembahasan yaitu salah satunya yang kami kunjungi ialah Mesjid Tua Indra Puri, kunjungan bersama dosen pembimbing dan bersama teman-teman yang membuat kunjungan ini terlihat luar biasa karena kami bisa mengenal lebih dalam tentang sejarah yang pernah ada dan juga bagaimana perjuangan dalam menggapai sesuatu, di dalam perjalanan berdirinya kokoh nya mesjid ini juga mempunyai berbagai cerita yang katanya peninggalan Hindu Buddha dan pusatnya peribadatan yaitu kuil atau candi pada masa itu sehingga menjadi mesjid yang bisa dikatakan peninggalan islam atau peninggalan islam dan hindu yang sangat fenomenal.[1] sama seperti perjalanan kami yang kian jauh melampaui jalanan dan waktu bersama teman-teman untuk mencapai puncak tentang sebuah sejarah mesjid yang dikatakan purbakala ini,  perjalanan kami juga mempunyai cerita yang unik untuk diceritakan dan dengan bertambahnya kekaguman dan ilmu pengetahuan bagi saya dan juga teman-teman  tentang sebuah sejarah dan kekayaan sejarah. Apalagi mengetahui sejarah tentang rumah Allah atau tambah pusatnya peribadatan umat islam, yang menurut saya di kala berperang, dikala terjajahnya negeri ini banyak perlawanan yang didapatkan didalam kesibukan apapun para orang terdahulu dalam mengatur strategi, menjalankan peperangan dan aturan perang yang membutuhkan banyak waktu tetapi inilah yang sangat dibanggakan ketika darurat dan kuatnya islam di kala orang Aceh terdahulu yaitu masih menyiapkan dan mendirikan mesjid untuk beribadah umat islam dan juga mesjid ini digunakan sebagai tempat pertahanan.
Di Aceh memang terdapat beberapa  mesjid tua yang dapat kita kagumi dan dapat kita lihat dan nikmati kembali yaitu ada beberapa yang terdapat di Banda Aceh seperti yang sangat terkenal yaitu Mesjid Raya Baiturrahman yang juga di bangun pada masa sultan Iskandar Muda, tetapi menurut saya mesjid Indra Puri ini lebih menakjubkan dikarenakan yang dulunya adalah sebuah candi kemudian dapat dijadikan sebuah mesjid, dari agama hindu menjadi agama Islam dan dengan bentuk arsitekturnya yang sangat klasik dan dengan bentuk arsitektur nya pada mesjid ini memang masih terdapat sifat-sifat tang menggambarkan ini adalah punya kepemilikan hindu di dalamnya. Dari segi bangunan yang didapatkan bahwa mesjid ini sangatlah tua yang katanya dari abad 14-15 Masehi. Dari segi benteng dan nuansa yang terdapat disana memang membawa kita terbang ke dalam masa lalu dan membawa semangat juga seperti mengingat betapa kokohnya Islam perjuangan islam juga Aceh pada masa itu . Dan senangnya karena tempat seperti ini masih ada dan juga terlindungi oleh masyarakat juga dari pemerintah sendiri seperti pamflet yang tertera di depan mesjid dan benteng tersebut bahwa katanya jika memindahkan atau merusak yaitu dikenakan sanksi menurut undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah. [2]

Mesjid ini terletak di Indra Puri masuk pasar Indra Puri juga melewati jembatan yang panjang, pada saat kita berada di jembatan pun kita sudah melihat yaitu tampak atap dari mesjid tersebut dan berdesain kayu yang asri, setelah jembatan beberapa meter lagi kita memasuki gerbang dan tampaklah mesjid Indra Puri di atas dataran yang tinggi karena untuk mencapainya kita perlu menaiki tangga-tangga tersebut, di depan mesjid terdapat parkiran seperti di tempat-tempat biasa yang tentu mempunyai parkir untuk menepikan kendaraan supaya rapi dan aman. [3]
 Mesjid ini mesjid yang sangat tua bahkan mesjid Tua Indra Puri ini dinamakan sebagai mesjid purbakala. Mesjid ini sangat unik bentuknya,  bentuknya memang seperti sedikit seperti tempat peribadatan orang purba kala karena bentuknya sedikit mirip seperti punden berundak  yang bergaya dengan tingkatan-tingkatan yaitu tiga tingkatan dan mesjid ini selama berdiri kokoh hingga sekarang tidak ada sedikit pun yang di ubah, dan mesjid ini dijaga dengan baik oleh para penduduk sekitar, mesjid ini dikelilingi oleh benteng-benteng yang sangat kokoh dan besar. Mesjid ini hingga sekarang masih menampung jamaah yang sangat padat, menurut hasil wawancara kami, mesjid ini tidak pernah kosong jamaahnya setiap waktu jam shalat berlangsung. Mesjid ini pernah menjadi pusat mesjid atau pusat ibadah warga penduduk Indra Puri misal ketika hari Jum’at yang dijadikan pusat peribadatan shalat jumat bagi kaum laki-laki sebelum adanya mesjid pusat di Indra Puri sebelum dibangun. [4]

Perjalanan kami ketika sampai disana membuat hati kami senang dan pikiran juga senang, karena bertambahnya ilmu yang dapat kami kutip dari pengetahuan tentang mesjid yang dikatakan purbakala ini yang  masih sangat utuh dan tanpa pembaruan sedikit pun dan masih terjaga dan dirawat dengan baik oleh penduduk sekitar. Kekaguman saya pun tidak dapat di ungkapkan, karena benteng ini yang memiliki sejarah luar biasa yang pertamanya adalah tempat peribadatan hindu dengan benteng-bentengnya yang kokoh dan kemudian dijadikan sebagai mesjid tempat peribadatan umat islam pada masa Sultan Iskandar Muda. Konon katanya juga menurut yang saya ketahui sebelum tempat ini dijadikan mesjid sebelumnya patung-patung atau arca-arca yang menjadi pemujaan orang hindu itu dikubur, ditenggelamkan di dalam mesjid ini. Namun, itu semua belum dapat dibuktikan karena belum ada yang mengangkat atau menggali mesjid ini, jika sempat hal ini dilakukan tentu akan terjadi perang atau pemberontak hebat dari warga sekampung dikarenakan Aceh ini sangatlah kental dengan syariat Islam dan jika ada orang yang berbuat macam-macam terhadap rumah Allah yaitu Mesjid tentu warga Aceh akan merasa terhina. Lagi pula mesjid adalah sesuatu yang bernilai, jantungnya, apalagi mesjid yang mempunyai nilai sejarah yang sangat menakjubkan yang bisa dikatakan sebagai  warisan yang bernilai penting warga Aceh juga dunia.

Perjalanan yang sangat melelahkan, perjalanan yang dilakukan tidak singkat, bahkan saya belum pernah mengunjungi yang namanya indra puri itu, yah sangat jauh sekitar setengah jam lebih karena kami belum mengetahui  jelas letak dimana posisi mesjid tersebut, yah sehingga membuat kami berputar-putar sekeliling indra puri bahkan ada sebagian yang kelewatan indra puri, ketika sedang menunggu kami bertemu seorang bapak-bapak yang menunjukkan jalan ke tempat mesjid tua tersebut, yang katanya nama bapak tersebut yaitu bapak Ahmad kuah belangong, menurut saya, yang saya lihat dari mata bapak dan menurut penjelasan bapak tersebut bahwa beliau sangat senang ketika kami ingin ingin meneliti mesjid tersebut beliau sedikit sudah memberi penjelasan tentang mesjid tersebut. Ashar sampailah kami di tempat mesjid indra puri, menggemanya adzan ingin cepat menunaikan ibadah shalat ashar di mesjid ini yang dikatakan mesjid bersejarah dan mempunyai sejarah yang unik ini sangat keren, sebelum shalat saya ingin berwudhu terlebih dahulu , di depan mesjid ini terdapat kulah-kulah kecil yang dulunya dipakai untuk berwudhu para jamaah yang ingin menunaikan shalat, namun ketika saya melihat kulah ini kayaknya sudah tidak layak lagi untuk digunakan untuk berwudhu, namun sebenarnya tempat berwudhu sudah dibuat lain dan asing dari mesjid tersebut yaitu harus menuruni tangga terlebih dahulu dan tempat berwudhu  dan toiletnya ini adalah baru dibangun  ukan sekalian dengan mesjid tersebut.   setelah shalat Ashar saya kelar, saya  mencoba berkeliling di mesjid tersebut dan dengan menerawang sedetail apapun yang terdapat di dalam mesjid tersebut, mata saya terus menari-nari, menurut saya di dalamnya tidak ada hal yang menakjubkan, tetapi bangunan dari kayu ini sangat lah  menakjubkan, sudah lama namun tak ada serangga yang menghinggap dan membuat lobang di kayu tersebut menakjubkan, tidak ada ukiran atau kaligrafi seperti yang terdapat di Mesjid Tua Ulee Kareng yang terdapat banyak kaligrafi yang indah di berbagai tiap atapnya, bentuk mesjid ini dengan mesjid ulee kareng memang sama, hanya saja mesjid ini lebih besar dan terjaga. Namun di segi seni ukiran mesjid ini tidak terdapati hal semacam itu , namun keunggulan mesjid ini yaitu masih dijaga dan terawat tidak seperti mesjid Ulee kareng bahkan mungkin banyak orang yang tidak mengetahui tentang keberdaan dan sejarah mesjid ini. Pandangan saya tidak tertumpu pada itu aja, saya membiarkan terus mata ini untuk menari-nari supaya mendapat apa yang ingin saya dapatkan untuk pengetahuan saya.   Melihat bagaimana keadaan di dalam mesjid ini terdapat tiang-tiang yang berjumlah sekitar 30 an tiang mesjid ini seluruhnya terbuat dari kayu yang kokoh dan kayu-kayu kuat sehingga mesjid ini bisa berdiri kokoh dan kuat. Di dalam mesjid terdapat juga kitab-kitab dan Al quran yang sudah berumur juga bisa dikatakan sebagai benda kuno yaitu benda arkeologi dikarenakan sudah tua umurnya mungkin bisa saja semua benda tersebut juga peninggalan masa lalu yang juga masih di rawat oleh penduduk dan penjaga mesjid.

Setelah berpikir dan juga menerawang ke dalam mesjid, yang menurut saya sudah cukup untuk melihat tentang bagian dalam mesjid, saya pun beranjak keluar  untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang apa yang membuat saya penasaran sejak pertama sampai di tempat tersebut dan saya mulai  berbincang-bincang dengan bapak-bapak yang ada di luar mesjid yaitu bapak Adnan Musa, Usman Abdullah dan Sarnadi bapak-bapak inilah yang menemani saya dan beberapa kawan , ketika saya merasa cukup untuk pemula saya berkumpul ke kawan-kawan lainnya yaitu dimana disana juga ada bapak dosen kami yang sedang membagi tugas-tugas buat kami, tentang apa yang akan kami tentang tulis di dalam laporan ini, dan inilah judul saya atas apa yang telah saya dapatkan , setelah mendapat tugas, kami melakukan wawancara kembali untuk mendapat berbagai informasi hingga selesai dan memberikan kami berbagai informasi yang sangat cukup untuk laporan kami dan ilmu pengetahuan kami.  Di antara bapak-bapak yang memberikan informasi buat kami, namun hanya bapak sarnadi yang mengurus mesjid ini, ada tiga orang sebenarnya, namun sayangnya dua yang lainnya tak berjumpa dengan kami. Tapi tidak kalah dengan itu, kami mendapat banyak informasi, dan bapak-bapak  tersebut meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan kami, mereka menyenangkan bahkan suka terhadap kedatangan kami dalam meneliti dan pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan di jawab dengan senang hati dan memberi respons yang bagus setiap pertanyaan kami, dan  ketika kami mengusulkan untuk berfoto bersama mereka pun menyanggupinya.

Bentuk masjid ini sangat unik dan sangat klasik, seperti bentuk lainnya mesjid-mesjid yang di kategorikan atau di golongkan dalam mesjid tua, yaitu berbentuk segi empat dan tidak memiliki kubah mesjidnya, dan memiliki atap yang berbentuk 3 tingkatan semakin ke atas semakin mengecil persis seperti bentuk piramida dan inilah bentuk yang sangat unik. Mesjid ini berdiri di atas ketinggian tiga meter karena di lapisi oleh 2 benteng yang menurut perkiraan benteng pertama ketinggian dua meter dan satu lagi ketinggian satu meter.

Berdirilah kokoh disana mesjid tersebut yang masih bernuansa asri dan sangat klasik yaitu dengan berdinding kayu dan di dalamnya juga terdiri tiang-tiang kayu yang kokoh nan kuat dalam mesjid tersebut yang membuat mesjid tersebut bisa berdiri berabad – abad lamanya, sungguh hebat. Mesjid ini tidak sendiri berdirinya di tempat ini, di samping mesjid ada sebuah balee yang tinggi nya sama dengan tinggi mesjid ini, yaitu tempat adzan dikumandangkan untuk mengajak  dan meraih kemenangan umat muslim di tempat itulah terlaksananya dari dulu tempat adzan yang pernah bergema di bumi Aceh yang dikumandangkan.[5] Balee ini mempunyai satu lantai.  Namun, tingginya setara dengan tinggi mesjid.  Jika hendak menaiki ke tempat itu kita hendak menaiki tangga terlebih dahulu, balee ini terdapat tangga dan bahan buatannya juga sama-sama dari kayu, untuk sampai ke atas puncaknya kita dapat melihat daerah sekeliling mesjid ini dan disana juga terdapat berupa bedug untuk keperluan masyarakat dan sebagainya untuk menggunakan bedug tersebut. Menurut wawancara yang saya dapatkan bale tersebut dibangun bersamaan dengan mesjid ini pula yaitu setara sejarahnya dengan adanya mesjid, balee bukanlah tambahan bangunan dari warga. Umurnya sama, dan hingga sekarang juga masih utuh tanpa perubahan dan lecet sedikitpun yang di lalui oleh waktu.

Mengapa mesjid ini namanya indra puri ? karena mesjid ini terletak di indra puri dan asal nama indra itu ialah nama hindu yang dulu nya pernah menetap lama di Aceh sedangkan puri, menurut hasil wawancara saya, bapak-bapak ini tidak mengetahuinya dari mana asal puri itu di ambil atau berdasarkan dari nama apakah puri tersebut. Tapi menurut sepengetahuan saya bahwa puri ini adalah nama salah satu orang hindu yang berpengaruh, hem tapi saya lupa bagaimana cerita nya.  Lanjut aja Mesjid ini juga terdapat benteng-benteng yang sangat kuat dan kokoh, yang katanya dulu terbuat dari bebatuan dan dicampur telur itulah sebab akibat kokohnya berdiri benteng ini dan kuat benteng ini ada dua tingkatan jika di tinjau dari pijakan bumi pertama di atas tanah sekitar 3 meter, namun ketika kita menaiki tangga benteng tersebut terdapat satu benteng lagi yang mana di tingkatan benteng inilah terdapat mesjid tua Indra Puri tinggi benteng ini sekitar 1 meter.

Sejarah Indra Puri, benteng dan mesjidnya menurut keterangan yang terdapat di mesjid indra puri yaitu yang tertulis pada batu tertulis sebelum kita memasuki gerbang mesjid benteng tersebut terdapat sebuah keterangan tentang sejarah mesjid ini yaitu mesjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1607-1636 M ) di atas bangunan pra islam atau di masa hindu . Dari segi Arsitektur, mesjid Indra Puri ini masih terpengaruh dengan budaya hindu yang terlihat dari bentuk atapnya yang bertingkat-tingkat. Mesjid indra puri pernah dipakai untuk menobatkan  Sultan Muhammad Daudsyah pada tahun 1878 M sebagai sultan aceh yang merupakan sultan aceh terakhir.[6] Menurut wawancara kami tempat ini, sudah ada sebelum hindu Buddha, tetapi menurut pengetahuan saya ini adalah tempat peninggalannya hindu Buddha, jika ditinjau dari tempat memang sebelum hindu Buddha sudah ada, tapi jika segi bangunan dan bentengnya ini adalah peninggalan hindu Buddha yaitu dulunya sebelum islam yaitu sebuah kuil atau candi yang bertujuan untuk tempat ibadahnya hindu dan Buddha. Pada masa kejayaannya Indra Puri inilah yang pusat segala sesuatu, yaitu Aceh dikenal dengan “ Aceh Lhee Sagoe “ yaitu bentuk 3 indra yang berada seperti segitiga yang mengelilingi kota banda Aceh yaitu Indra puri, Indra Parta dan Indra Purwa di antara 3 ini yang menjadi pusatnya antara 3 ini yaitu Indra Puri. Tempat ini atau benteng yang berada disini yaitu dulunya selain intinya pusat yaitu mesjid juga menjadi tempat pertahanan Islam pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda yaitu tempat pertahanan dari serangan Portugis dan Belanda pada masa penjajahan di kala itu.

Menurut saya dan teman-teman tentang informasi mesji tua Indra Puri sudah cukup, sudah lebih dari cukup walau sebenarnya mungkin misteri-misteri yang terdapat disini masih sangat menyenangkan untuk di kaji kembali, sejarah secara spesifiknya, bagaimana cara pembuatan bentengnya ini, mesjid ini, bagaimana perjuangan nya, bagaimana juga candi ini bisa jatuh ke tangan islam, unik segalanya, namun menurut kami dari nara sumber yang kami wawancarai , mereka tidak mengetahui secara spesifik tentang semua ini. Mereka hanya mengetahui sedikit yang lebih dari cukup dari apa yang kami dapatkan, mengetahui secara lahiriah saja, tetapi berbagai yang terselubung dari balik tembok besar dan dinding kayu yang kuat dan kokoh belum terkuak secara benar, bahkan jika kami melihat dari penduduk juga, mereka hanya mengetahui hanya sebatasnya saja  seperti mesjid ini adalah  sebuah mesjid yang dulunya adalah candi dan dibangun mesjid pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda, hanya sebatas itu, harapan saya semoga tempat-tempat hebat seperti itu terus di kembangkan bukan hanya dijaga dan di lestarikan tapi juga mampu  mengungkap kan misteri, yang tersembunyi di balik benteng yang kokoh, yang tersembunyi di balik kayu yang cokelat tersebut, supaya sejarah itu terus hidup sejarah yang hebat yang terus ada, bukan hanya ada pada masa nya dan hilang di telan waktu, hilang di telan kehampaan teknologi dan ingin tahuan manusia.

Dan bagi kami, khususnya bagi saya yang telah melakukan perjalanan ini, juga melakukan tugas seperti menulis laporan yang bermanfaat bagi saya dan kawan-kawan lainnya. Saya senang semuanya juga merasakan hal yang sama. Semoga menjadi ilmu bagi kami.

Dengan judul laporan yang saya tuliskan ini yaitu situs-situs sejarah, saya menguraikan banyak situs-situs yang terdapat di Banda Aceh dan Aceh Besar. Itu semua situs hasil perjalanan kami dari berbagai mata kuliah yang sudah kami tempuh, dan juga dari semester-semester yang lalu. Sebenarnya masih banyak situs-situs yang patut kita ketahui, namun saya hanya menguraikan hanya beberapa saja, dan karena dalam laporan perjalanan ini tentang Mesjid Tua Indra Puri maka saya lebih banyak menguraikan tentang Mesjid Indra Puri karena inilah pokok pembahasan yang ingin dikupas secara berkepanjangan. [7]

Semoga bagi para pembaca tertarik dalam perjalanan kami yang menakjubkan ini. Dan terus ingin mencari tentang kebenaran sejarah.

                                            potret Mesjid Indra Puri

potret mesjid yang tampak dari lantai pertama benteng

potret mesjid dari samping kanan

potret balee mesjid yang berfungsi untuk mengumandangkan Adzan

potret keluasan benteng dari lantai pertama

Potret ketinggian benteng lantai pertama dari pijakan bumi pertama.

                                                          Potret Mesjid ketika Senja 

sunset saksinya di atas benteng ini















Mahasiswi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam leting 2014
Fakultas Adab dan Humaniora
UIN ARRANIRRY

Marzatil Husna
















[1] Hasil wawancara dari pak Adnan
[2] Terdapat pada keterangan yang ada di depan mesjid
[3] Hasil kunjungan dan penelitian
[4] Wawancara dari pak sarnadi
[5] Hasil penjelasan dari pak Usman Abdullah
[6] Hasil dari batu tertulis yang terdapat di mesjid
[7] Hasil perjalanan kami seluruhnya

Posting Komentar

0 Komentar