SIMBOL DAN MAKNA ADAT KENDURI WALIMAH DI ACEH
Di aceh mempunyai
berbagai macam kenduri, didalam kenduri tersebut Aceh mempunyai arti dari apa
yang dilakukan oleh orang Aceh yaitu mempunyai makna- makna dari simbol
tersebut. Dalam tulisan ini saya akan membahas tentang simbol- simbol yang ada
dalam kenduri walimah di Aceh. Kenduri walimah ini ialah sunat jika kita
melakukannya , yaitu memang ada di anjurkan di dalam syariat islam, karena adat
di Aceh yaitu tidak terlepas dari hukum-hukum agama atau syariat. kenduri
walimah ini biasanya dilakukan setelah acara pernikahan, pernikahan dan walimah
berbeda, jika nikah itu ialah “ penyerahan atau ijab qabul yang diucapkan oleh
sang suami untuk menikahi sang wanita dengan menyerahkan mahar sejumlah
tertentu “. Walimah ialah kenduri yang dilakukan untuk merayakan acara
pernikahan kepada kedua mempelai tersebut. Hukum adat perkawinan di Aceh, Biasanya sebelum pernikahan dan walimah untuk
menjadikan seorang istri di Aceh
mempunyai cara-cara tertentu seperti:
1.
Melihat
fhai
Melihat fhai atau bintang ialah suatu teori ramalan yang di amalkan
oleh sebagian orang di Aceh, dengan cara dijumlahkan huruf nama, tanggal dan
juga nama ibu orang tersebut. Seseorang yang ingin mencari jodoh untuk anaknya,
hal yang pertama dilakukan adalah melihat fhai ( bintang ) dengan
mengundang orang ‘alim dalam bidang tersebut untuk melihat apakah bintang
perjodohan mereka baik tidak. Jika dari penglihatan tersebut sesuai dengan
harapannya, maka diserahkan kepada seulangke ( orang yang dituakan ) untuk diberitahukan
kepada ayah si gadis tersebut.
2.
Meminang
Jika hasrat tersebut diterima oleh pihak perempuan, maka dibuatkan
sebuah acara persiapan untuk meminang gadis tersebut untuk calon menantunya.
Persiapan ini disebut sebagai muqaddimah pertunangan. Adat meminang
seperti ini lebih banyak persamaannya dengan adat perkawinan yang ada di alam
melayu.
3.
Ba Ranup
Acara ba ranup ( ba sirih ) atau Ranup Peukeng Haba ( sirih
penguat ) bertujuan untuk mengikat tali pertunangan kedua calon pengantin.
Dalam acara tersebut dibawa cincin atau lainnya untuk dijadikan sebagai tanda
telah dipinang dan penentuan jumlah mahar anak gadis yang dipinang.
4.
Malam peu ek linto
Acara ini disebut dengan malam persandingan kedua calon pengantin
yang biasanya dilaksanakan setelah musim panen dan bulan yang ditentukan.
Diantaranya, bulan Rabiul awal, Rabiul Akhir, sya’ban, Syawal, Zulhijjah.
Selain itu, acara persandingan ini memiliki pantangannya, yaitu tidak boleh
diadakan pada bulan Safar dan Ramadhan.
5.
Meukeurija
Acara meukeurija merupakan suatu tradisi yang dilakukan sekitar
empat hari sebelum hari peresmian perkawinan. Acara ini disebut juga Preh
Dara Baroe dari pihak perempuan dan acara Tueng Linto Baroe bagi
pihak laki-laki. Saat acara ini berlangsung pengantin yang tiba di rumah selalu
diiringi dengan bacaan shalawat.[1]
Sebelum walimah biasanya orang Aceh akan mengadakan peusijuk.
Biasanya peusijuk ini juga terdapat di acara manapun, dalam peusijuk ini juga
terdapat banyak makna.
Simbol yang terdapat di acara kenduri walimah di Aceh yaitu:
·
Makna
peusijuk
Didalam peusijuk itu
terdapat padi, beras, bedak dan air dan lain lain yang masing-masing mempunyai
makna seperti padi yaitu untuk subur , air dan bedak untuk dingin yaitu
tenteram.
·
Peusijuk
Gaca
Maksud peusijuk adalah memberi semangat dan doa restu kepada calon
mempelai serta mengharapkan keselamatan dari Allah SWT dan bahagia dunia
akhirat.
Sebelum acara peisijuk ini disediakan bahan peusijuek yang terdiri
dari breueh pade, air putih, maleungsambo on gaca, on sijuek, bak leubu hitam,
on manekmano, bungong mawe dan bulukat tampoe, berikut ini bahan dan maknanya:
-
Breuh
pade/ beras padi, lambing kemakmuran Dan kedamaian
-
Air
bersih, melambangkan kedinginan dan kesejukan, baik dalam rumah tangga maupun
dalam masyarakat.
-
Naleung
sambo, (rumput yang kakah akarnya ) melambangkan pendiriannya yang kuat dan
tidak mengganggu yang lain.
-
On
gaca ( daun pacar ) melambangkan obat, sekaligus sebagai penghias rumah tangga
-
On
sijuek ( daun cocor bebek ) lambang kesejukan dan bisa hidup dimana saja
-
Bak
leubue hitam ( keladi hitam )
melambangkan ketahanan iman dan tidak mudah terpengaruh dengan hasutan
orang
-
On manek
manoe sebagai pengharum rumah tangga
-
Bungong/
mawo ( bunga sadar ) pelambang tidak mudah tergoda dan tidak mudah kena rayuan
orang lain
-
Bulukat
tumpoe ( ketan dan tumpoe ) lambang keakraban, kemiskinan dan ketertarikan satu
sama lain.
Seluruh daun diikatmenjadi satu atau dua ikatan dan ditempatkan
dalam peluman/ mangkok besar yang berisi air bersih, beras, beras dan padi
ditempatkan dalam piring kecil lalu ditempatkan dalam dalong dan ditutup dengan
tudung saji.
·
Bagi
wanita yaitu boh gaca
Peungaca adalah
malam berinai menjelang woe linto,adat ini ialah adat peninggalan dari India
dalam upacara ini juga diadakan peusijuk calon dara baroe dan peusijuk gaca dan
batee mupeh ( batu gilingan ) . Gaca yaitu ukiran di tangan
dan di kaki , ketika ingin mengadakan acara walimah di Aceh memakai gaca
tersebut. Gaca adalah adat di Aceh yang di adopsi dari India. Gaca tersebut
mempunyai makna seperti : tanda kepemilikan seseorang terhadap si gadis, bahwa
si Gadis sudah ada yang punya ( nikah ) .
·
Adat
pakaian aceh yang dipakai Dara Baroe dan Linto Baroe
Dua dua nya
memakai songket, hanya jika lelaki memakai di atas lutut, dan perempuan memakai
songket di bawah lutut, dua-duanya juga sama memakai celana hitam, bagi wanita
di ujung celana ada ukiran berwarna kuning . bagi lelaki memakai rencong yang
berarti bahwa lelaki itu kuat dan tangguh berani. Rencong juga melambangkan
dari bahasa arab bahkan ayat al qur an dari Bismillah atau basmalah, dan kupiah
mukutop yaitu inspirasi dari sufi dan pada kupiah mukutop yaitu ada empat warna
yaitu hitam, merah, putih dan kuning. Hitam melambangkan rakyat, merah
melambangkan jiwa yang berani, putih melambangkan agama/ ulama, dan kuning
melambangkan kesultanan.[2]
·
Peunewo
( bingkisan )
Peunewo ini adalah yang dibawa oleh lelaki untuk perempuan ketika
acara walimah, peunewo ini dibawa atau
bingkisan dan ditutup dengan kain artinya wanita itu pemalu, dan begitulah
kodrat wanita yaitu ditutup dan dilindungi. Biasanya ketika si lintoe membawa
hadiah atau barang yang ditaruh dalam peuneuwo, kemudian ketika diserahkan
kepada dara baroe , dari pihak keluarga dara baroe membalas nya seperti
diserahkan beras, bulukat dan tumpoe, haluwa, meuseukat dan lain lain,
begitulah balasan untuk keluarga lintoe.[3]
·
Dibawa
pinang , tebu dan perahu kecil
Pinang, tebu dan perahu ini di bawa sekalian dengan peunewo, ketika
disambutnya Lintoe Baroe dan di sambut dengan tarian Ranup Lam puan, biasanya
sang ratu dalam nari ini akan publo ranup “ jual sirih “ kepada lintoe , lintoe
akan memberinya uang kepada ratu nari.
·
Tari ranup lam puan
Tari ranup lam puan yaitu tari untuk sambutan tamu biasanya tari
ini ada ketika sambutan tamu untuk lintoe baroe dan dara baroe, tari ini dibawa sirih atau ranup oleh para ratu nari
tersebut dan bagi dayang-dayangnya ratu dalam tari ranup lam puan yaitu mereka
menyediakan bunga di dalam puan masing-masing bunga tersebut beraneka ragam
seperti bunga jarum, meulu, seulanga, mawar dan daun pandan . Biasanya ranup
yang ada dalam puan tersebut dijual oleh si ratu penari kepada lintoe baroe,
lintoe tersebut biasanya memberikan uang atau menaruh uang di dalam puan ratu
nari tersebut. Sirih tersebut bermakna untuk kemuliaan tamu dan kerendahan hati,
sirih tersebut mengandung sirih, pinang, kapur. Yang bermakna :
Sirih
yaitu kemuliaan tamu
Pinang
yaitu kejujuran
·
Geupeuhidang
Biasanya di Aceh itu, kenduri itu di peuhidang dalam menyiapkan
makanan, yaitu berarti memuliakan tamu, dan dengan cara geupeuhidang terdapat
unsur kesopanan dan mulia. Biasanya ditaruh makanan tersebut didalam talam, dan
disusun rapi di atasnya didalam cupee ( piring kecil-kecil ) dan disediakan
kobokan untuk cuci tangan. Geupeuhidang ini biasanya dilakukan terhadap
keluarga lintoe dan untuk tamu undangan yang lainnya, pada masa sekarang yaitu
dengan alat prancis, tetapi lebih bagus yaitu dengan cara geupeuhidang untuk
semuanya, ada unsur yang baik terkandung didalamnya.
KESIMPULAN
Adat aceh yaitu berbagai macam , banyak kenduri yang juga mempunyai
makna dan simbol tersendiri, namun saya memilih untuk membahas walimatul ursy.
Walimatul ursy ini mempunyai pahala sunat jika di kerjakan, dan kenduri yang
sangat dinantikan oleh sepasang manusia yang ingin mengabadikan kendurinya.
Untuk menempuh kenduri walimah ini sangatlah banyak cara yang ditempuh . dan
berbagai cara tersebut mempunyai makna dan simbol-simbol yang mempunyai makna
yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA
Matsyah ,Ajidar , Jatuh
Bangun Kerajaan Islam di Aceh, Yogyakarta: Kaukaba 2013.
Hasil penjelasan Pak Imam Juaini di Kelas.
Hasil wawancara dengan Teuku Nurullah lewat percakapan seluler.
0 Komentar